Page 18 - majalah_edukasi_3
P. 18
MAAF, AKU TAK MENGGENALMU
Yuli Astuti, M.Pd, Guru SD Al Muslim
Bowo, begitu teman-teman selalu memanggilku. Pulang sekolah aku biasa melepas seragamku
dan terus berlari ke lapangan. Kulihat ada yang asing duduk di saung tepi lapangan, seorang laki-
laki dengan kaos oblong biru muda dan topi cowboy. Mungkin ingin melihat kita bermain bola.
“Hai, namamu siapa ?” sapanya ketika aku mendekat.
“Bowo om, jawabku singkat.
“Sekolah di mana kelas berapa,“ tanya lelaki asing itu.
“Kelas 5,” jawabku tak kusebut sekolahku, karena ada ras takut menyelimutiku.
“Dik Bowo, mau permen?” tiba – tiba ia mengeluarkan setoples permen warna-warni sangat
menarik dan terlihat enak.
Upss terlintas dibenaku secepat kilat kata ibuku, “Wo, jangan pernah menerima makanan dari
orang yang tak kau kenal !”
Dengan cepat pula aku tolak penawaran laki-laki itu. Dengan senyuman yang aku kembangkan
sedikit terpaksa karena rasa takut menyelimutiku.
“Maaf om, terimaksih ?”
“Kenapa, permennya enak kok dan gratis?” laki-laki itu masih
menawarkan untuk kedua kalinya.
“Maaf, terimakasih, Bowo tak mengenal om,” jawaban
keduaku membuat ia terdiam.
Akupun berlari ke lapangan untuk bermain bola dengan
kawan -kawan, kami pun asyik bermain. Laki -laki itu masih
duduk disaung. Iwan datang dan duduk disampingnya
menonton kami bermain.
“Hoi…ayo sini kumpul, ada permen enak,” seru Iwan pada
kami.
Beberapa kawan menoleh namun lebih memilih bermain
bola. Keseruan bermain bola membuat kami lupa teriakan iwan.
Akupun berlari ke lapangan untuk bergabung dan bermain
bola bersama.
“Tendang terus Wo”
“Biar masuk dan gol ke gawang lawan”
“Jangan takut sama Boby”
“Tetap semangat dan focus, cetak gol dan menangkan kompetisinya”
Bermain sepak bola memang seru, lebih seru dari permainan lainnya. Mungkin karena aku hoby
main bola jadi memang permainan ini yang paling aku sukai. Terlebih idola pesepak bola dunia
seperti David Beckham.
Aku sangat terobsesi dengan tendangan mautnya. Yang bisa mecetak gol terbaik dengan sekali
tending. Mereka memang kelas dunia, sebagai idola dan teladan kalua aku juga bisa suatu saat
mencetak gol dengan sekali tending. Sama sepertiku, Boby juga jago bola, kadang mengajaku
untuk ikut kompetisi.
Di kampungku banyak sekali anak-anak hoby bola. Hoby atau hanya sekedar memeriahkan
rumput hijau itu, aku tak pernah menanyakan ke mereka yang jelas ketika kami bermain itu sangat
seru dan menyenangkan. Berbeda dengan iwan yang sering ikut bermain kami tapi jarang terjun di
lapangan. Iwan hanya duduk manis di tepi lapangan sesekali dia melontarkan teriakan semangat
untuk kami.
Keringat membanjir tubuh karena gerak dan panas matahari yang masih bisa kami rasakan di
tengah lapangan.
“priit..priit…” wasit memberikan kode setengah permainan.
“ alhamdulillah, hausku terobati”
“ iya benar panas sekali hari ini”
“minuman dingin sangat enak dan menyegarkan”
18