Page 16 - majalah_edukasi_3
P. 16
lebih untuk biaya kuliah. Akhirnya aku pun berjanji
pada orang tua untuk tidak menambah beban pada
mereka. Aku buktikan bahwa aku mampu untuk
melakukan yang diminta ibu, baik dalam hal belajar
maupun keuangan. Aku mencari tambahan keuangan
dengan memberikan les, sesekali menerima jasa foto kopi
dan menjual buku.
Inspirasi dalam ketaatan beribadah
Ibuku termasuk orang yang religius.
Kepatuhannya kepada Allah dibuktikan
dengan membaca Al Qur’an dalam
kehidupannya. Hari-harinya dipenuhi
dengan lantunan ayat Al Qur’an tanpa
kenal lelah, hingga khatam Al Qur’an pun
dapat dicapai dalam kurun waktu hanya dua
minggu. Puasa sunah selalu menemaninya,
hingga tanggal tertentu pun menjadi
perhatiannya untuk dapat mengisinya dengan
puasa, seperti puasa 1-10 bulan Rajab, puasa
Sya’ban, puasa Haji dan Senin-Kamis. Shalat sudah
menjadi rutinitas yang tak pernah dilupakan, seperti shalat
sunah rawatib (shalat sunah yang mengiringi shalat wajib), shalat tasbih, tahajud dan dhuha. Tentu
apa yang ibu lakukan, kami pun anak-anaknya diperintahkan untuk mengikutinya, walaupun tidak
sebanyak yang ibu lakukan.
Inspirasi dalam saling menolong
Kelembutan hatinya membawa pada sikap selalu berbagi pada sesama, hingga memunculkan
sikap ringan tangan, selalu membantu keluarga yang memerlukan bantuan. Kebetulan keluarga
ibu adalah keluarga besar dengan 9 orang bersaudara. Masing masing dari saudara ibu memiliki
anak bahkan cucu yang banyak pula. Dalam kehidupan, seseorang seringkali mengalami kesulitan
hidup. Terhadap kesulitan hidup ini, ibu selalu membantunya. Membantu dengan memberikan
sejumlah uang kepada saudara yang memerlukan, terkadang untuk biaya berobat, bantuan untuk
modal usaha atau untuk biaya sekolah. Nyaris ibu menjadi tumpuan saudara yang memerlukan,
baik saudara dari pihak ibu maupun dari pihak ayah.
Inspirasi dalam kepedulian terhadap sesama
Ibuku wanita hebat. Ku katakan demikian bukan tanpa sebab. Kehebatan ibuku terbukti dalam
dua hal yang memiliki dampak besar dalam mencerdaskan masyarakat. Pertama, ia membangun
sebuah majelis ta’lim di kampungku. Saat itu masyarakat, termasuk kaum ibu, masih banyak yang
tidak mengerti tentang agama dan membaca Al Qur’an. Keinginan ibu untuk memajukan kehidupan
keagamaan bagi masyarakat kampungku tersebut begitu besar, hingga ia dapat membangun
lembaga majelis ta’lim dengan mengajak masyarakat untuk turut membantunya. Akhirnya berkat
kegigihannya mengajak masyarakat, ia pun mewakafkan tanah yang ia beli dari masyarakat
untuk membangun majelis ta’lim tersebut. Akhirnya berdirilah lembaga majelis ta’lim untuk tempat
pengajian kaum ibu. Perjuangan ibu tidak sampai di sana. Ia pun terus berjuang dalam mengajak
kaum ibu agar mau mengkuti pengajian di majelis ta’lim yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu.
Akhirnya setelah perjuangan yang cukup panjang, sekitar 10 tahun, maraklah majelis ta’lim berisi
dengan kaum ibu yang belajar, baik belajar baca Al Qur’an atau belajar materi keagamaan dengan
pola ceramah. Jumlah anggota majelis ta’lim pada saat ini mencapai 300 orang. Jumlah ini akan
terlihat pada saat pengajian dilaksanakan setiap Jum’at. Aku turut memberi materi di majelis ta’lim
tersebut setiap satu kali dalam satu bulan di minggu pertama.
Kedua, beliau mewakafkan tanahnya untuk lembaga pendidikan tinggi yang merupakan satu-
satunya lembaga pendidikan tinggi yang dimiliki putra daerah untuk wilayah Cikarang. Ini dilakukan
ibu dua tahun sebelum kepergiannya menghadap Sang Khalik. Lembaga pendidikan tersebut
berdiri di atas tanah wakaf seluas 2000 m dengan jumlah mahasiswa sekitar 450 orang.
2
16