Page 15 - majalah_edukasi_3
P. 15
IBU, KAU SEGALANYA
Bunda…
Engkaulah muara kasih dan sayang
Apapun pasti kau lakukan
Demi anakmu yang tersayang
Bunda…
Tak pernah kau berharap budi balasan
Atas apa yang kau lakukan
Untuk diriku yang kau sayang
Betapa lagu di atas menggambarkan tentang sosok seorang ibu yang merupakan muara kasih
dan sayang untuk anaknya. Ibu memiliki cinta yang amat dahsyat karena tak menuntut balas.
Cintanya mampu memberi kehidupan bagi anak manusia, membangkitkan semangat hidup,
semangat untuk menggapai kesuksesan, menuntun ke jalan yang benar, menghilangkan rasa
sakit, mengobati luka, menghapus air mata, menutup duka nestapa dan menghalau bahaya yang
datang.
Bicara tentang ibu, maka ibuku tentu termasuk di dalamnya. Ibuku seorang wanita biasa, ibu
rumah tangga dan bukan orang terpelajar. Beliau hanya mengenyam bangku sekolah dasar kelas
dua. Masa remajanya pun hanya dinikmatinya sebentar karena harus dilepaskannya di usia sekitar
12 tahun dengan harus menerima bapakku sebagai suaminya. Namun beliau tidak pernah putus
asa dari kejadian apapun yang dialaminya. Cintanya bukanlah cinta biasa. Cintanya menghasilkan
kebanggaan. Bagiku, ibu adalah segalanya, ibu adalah guruku, ibu adalah inspiratorku, ibu adalah
motivatorku, dan ibu adalah cahaya hidupku.
Ibu adalah guruku. Kesabaran jiwanya mengajarkan aku mengenal hurup tanpa lelah.
Perjuangan hidupnya dilakukan tak kenal lelah ketika mengantarku sekolah hingga menunggu di
dalam kelas sambil berjongkok. Dekapan tangannya membimbingku ke jalan rida Ilahi. Sentuhan
tangannya mengingatkanku ketika aku salah. Kekuatan cintanya mengantarkanku mencapai
sukses. Kelembutan kasihnya membawa aku mengenal arti kehidupan.
Benarlah adanya ketika mendapati slogan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi seorang
anak di dalam rumah. Artinya, ibu merupakan orang pertama yang mengenalkan norma-norma
pada anak sebagai “modal awal” agar anak menjadi pribadi yang baik dan menjunjung tinggi nilai-
nilai (Islam) dalam kehidupannya.
Setiap anak lahir dalam kondisi suci. Kemudian orang tua yang berperan untuk mewarnai anak
tersebut, sesuai dengan pesan Rasulallah SAW: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci”.
Maka peran orang tua, khususnya ibu, begitu penting bagi perkembangan hidup seorang anak
untuk memberi warna dalam kehidupannya. Anak merupakan titipan dari Sang Pencipta, maka
kewajiban orang tua, khususnya ibu, agar memelihara amanah tersebut dengan sebaik-baiknya
dengan mengajarkan akhlak karimah dan dasar iman kepada anak sejak dini. Hal itu merupakan
bekal bagi setiap anak dalam menjalani kehidupannya agar selamat dunia akhirat, sesuai pesan
Allah SWT dalam QS At Tahrim ayat 6: “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …”
Ibu inspiratorku. Setiap anak pasti mencintai ibunya, seberapapun cerewetnya, keponya, bahkan
marahnya. Namun, dalam hati seorang anak, ibu adalah kebanggaannya. Ibu menjadi uswah atau
inspirasi dalam hidupnya, tak terkecuali dengan diriku.
Ibu bagiku adalah sumber inspirasi tiada henti yang membuatku mengerti tentang tujuan hidup
yang sebenarnya. Dari kisah hidupnya aku mampu memahami apa arti tanggung jawab, ketaatan
beribadah, saling tolong-menolong, kepedulian terhadap sesama dan kemandirian.
Inspirasi dalam memahami tanggung jawab
Ibu selalu mengingatkan kepada kami, anak-anaknya, bahwa apa yang kita lakukan harus
dapat dipertanggungjawabkan. Seperti ketika aku memilih untuk kuliah kedua di Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sementara saat itu aku sudah kuliah di UIN Jakarta. Ibu memberikan
dukungannya, namun juga menjelaskan bahwa hal itu tak mudah untuk aku jalani. Aku harus dapat
membagi waktu dan mengatur keuangan yang pada saat itu orang tuaku tidak memiliki uang yang
15