Page 20 - majalah_edukasi_3
P. 20

KETABAHAN SEORANG IBU

                                               Oleh : Ngatini, S.Pd

                                               SD Al Muslim Bekasi




          Based on true story (Berdasarkan kisah nyata)
          Seorang anak kecil mungil itu  sedang menangis di depan teras sambil memanggil Ayah..Ayah...!
       Anak itu setiap pagi berada di teras berulang kali memanggil ayah, setiap orang laki-laki dewasa
       lewat di depan rumahnya, anak itu memanggil ayah kepada orang tersebut. Belum lama ini ayahnya
       meninggal dunia karena sakit diabet yang dideritanya. ketika Ayahnya masih hidup,  biasanya setiap
       pagi anak itu selalu diajak ayahnya berkeliling kompleks dengan  sepeda roda tiganya, ayahnya
       mendorong sepeda itu dengan rasa senang.
          Ketika  anak  itu  menangis  ada  seseorang  laki-laki  separuh  baya  yang  bernama  Pak  Rio
       menghampiri anak tersebut dan bertanya “ Nak, kenapa kamu sejak tadi menangis?”
          “Aku kangen ayah, aku ingin ketemu ayah”, ujar anak itu. Mendengar jawaban anak itu,  Pak Rio
       menggendong anak itu sambil mengusap butir-butir air mata yang mengalir.
          “Nak ayahkan sudah kembali kepada Allah, kamu yang ikhlas ya. Tenang, kamu boleh mamanggil
       Pak Rio dengan sebutan ayah kok, yang sabar ya nak, jadi kamu ngga usah sedih lagi ya!”
            Anak  itu  pun  mulai  terhibur,  tangisnya  mulai  reda.  Ibu  anak  itu  sedih  sekali  dan  tak  dapat
       membendung  butir-butir  air  matanya  meleleh  ke  pipinya,  ketika  melihat  percakapan  anaknya
       dengan Pak Rio.


                                                          ***


          Ketika  ayahnya  meninggal  anak  itu  masih  berusia  dua  tahun  tiga  bulan,  anak  itu  bernama
       Ridwan, dia mempunyai seorang kakak yang bernama Bagas yang berusia lima tahun. Kakaknya
       masih duduk di bangku TK, sedangkan ketika ayahnya meninggal ibunya sedang mengandung
       usia tujuh bulan. Nama ibu anak itu adalah ibu Siti.
          Ibu  Siti    tidak  bekerja,  dia  berprofesi  sebagai  ibu  rumah  tangga,  sehingga  ketika  suaminya
       meninggal  dia  sangat  sedih  dan  bingung  sekali  karena  anak-anaknya  masih  kecil  dan  masih
       membutuhkan  biaya  yang  sangat  banyak  untuk  mencukupi  kebutuhan  hidup  dan  untuk
       menyekolahkan anak-anaknya. Almarhum suami Bu Siti, alhamdulillah mewariskan dua rumah, jadi
       rumah yang satu  ditempati sendiri dan yang satu lagi untuk dikontrakkan.Uang hasil kontrakan
       itu bisa digunakan untuk makan, mencukupi kebutuhan kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan
       anaknya.
          Hari  berganti hari, bulan berganti bulan waktu terus berlalu. Akhirnya usia kandungan Bu Siti
       sudah menginjak usia sembilan bulan, Ibu Siti melahirkan. Ketika proses persalinan Bu Siti ditemani
       ibundanya dari kampung. Beliau melahirkan  seorang bayi yang berjenis kelamin laki-laki. Bayi itu
       imut dan lucu dengan balutan kulit yang  kemerah-merahan. Bayi itu tidak dapat adzan dari seorang
       ayahnya seperti kakak-kakaknya. Bayi itu lahir ke dunia tidak akan bertemu dan kenal dengan sosok
       seorang ayah kandungnya.
          Kini ibu Siti hidup dengan ketiga anaknya yang berjenis kelamin laki-laki semua. Dengan lahirnya
       seorang bayi yang imut itu, Bu Siti tambah repot untuk mengasuh, merawat anak-anaknya, karena
       mereka usianya masih kecil. Jarak umurnyapun terlalu dekat. Akhirnya ibunda Bu Siti memutuskan
       untuk tidak kembali ke kampung karena ingin membantu Bu Siti merawat dan mengasuh anak-
       anaknya. Sebenarnya ibunda Ibu Siti tidak muda lagi karena beliau sudah berusia 73 tahun. Namun
       beliau masih gagah dan kuat untuk menggendong cucunya.
          Bu Siti sangat bersyukur dan senang sekali karena ibundanya mau tinggal di rumahnya untuk
       membantu  merawat  dan  mengasuh  anak-anaknya.  Sebenarnya  setelah  suaminya  meninggal
       saudara suami bu Siti (kakak ipar) yang datang dari Yogyakarta  ingin meminta anaknya satu untuk
       dirawat di kampung.
           “Siti bolehkah saya mengambil salah satu anak kamu untuk dirawat di kampung supaya kamu
                                                          20
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25