Page 21 - majalah_edukasi_2
P. 21

menyangka saat aku mengantarkan neneknya berobat adalah kali terakhir aku bertemu dengannya.
          Takdir, memang tiada sesiapapun dapat memprediksinya.
            Di sepanjang jalan pulang menuju rumah dengan mobil yang kukendarai, air mataku tumpah.
          Tiada lagi wajah mungil, suara riang, obrolan-obrolan ringan bersama Bintang yang membantuku

          menghilangkan kepenatan selepas kuliah. Bintang, ia takkan lagi kutemui di dunia ini.
            Dengan langkah gontai, aku pulang ke rumah. Dan aku baru tersadar bahwa malam telah
          menjelang. Saat kuarahkan pandanganku pada gelapnya langit, bintang-bintang terhampar
          indah di atas sana. Ada setitik cahaya paling terang disana, barangkali cahaya Sirius yang segera
          membuatku teringat pada sosok yang kurindukan sekarang. Sosok itu, Bintang…













































                              MENDUNG TAK LAGI MENYISAKAN DUKA

                   Oleh: Endah Setiaharti, S.Pd.(Guru SD Al Muslim Tambun) anggota KGPBR


                angit begitu gelap, hitam pekat. Awan putih telah menyingkir beberapa waktu lalu. Enggan
                menyapa penghuni bumi. Isak tangis memecah kesunyian yang sedari tadi menyelimuti.
         LWajah pucat pasi, linangan air mata dan suasana duka semakin jelas terdengar dari sebuah
         rumah. Di sudut gang Anyelir, di rumah berukur kecil, bercat hijau. Tubuh renta terbujur kaku,
         begitu ikhlas menerima takdir Yang Maha Kuasa.
            Beberapa kerabat, anak, cucu, tetangga dekat atau pun jauh mulai berdatangan dengan
         membawa baskom berisi beras atau selembar dua puluh ribuan untuk keluarga yang berduka. Pak

         Sholeh sibuk memasang bendera kuning di beberapa gang menunju rumah Mbok Inah. Allah
         telah menguji Mbok Inah tiga bulan yang lalu. Penyakit diabetes telah merenggut nyawanya di
         ujung Desember.
            Sejak tadi wanita berusia 21 tahun tidak begeser dari depan jenazah Mbok Inah. Ia adalah Surti,
         anak semata wayang Mbok Inah. Mereka hidup berdua saja sejak kepergian ayahnya 9 tahun yang


                                                                                                                    21
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26