Page 16 - majalah_edukasi_2
P. 16

Ayah segera memakai jaket dari perusahaan             aku mulai berkata.
       ojek daringnya. Sambil berlalu, ia mengusap              “Dino” ayah menoleh ke arahku. “Kemari,
       kepalaku. “Sabar ya. Ayah akan belikan”. Ayah         nak” ajak ayah. Ayah memegang tanganku
       pun berangkat. Aku pun masuk kamar. Aku               dan mendudukkanku tepat di sampingnya.

       terdiam penuh penyesalan. “Kenapa tadi aku            “Dino, ini teman kerja ayah dulu. Namanya
       bisa begitu kesal ya”. Padahal aku tahu. Ayah         Pak Wahyu. Beliau ingin ke rumah kita. Dan
       tidak pergi mengojek dari pagi karena kepalanya       kebetulan ketemu ayah di masjid ini. Beliau
       pusing. Lalu begitu mendengar kekesalanku.            mengatakan bahwa ayah tidak bersalah dan
       Ia langsung bangun dan akan membelikanku              ayah boleh bekerja lagi di kantor ayah dulu.”
       kamus dengan narik ojek paling tidak setengah         Aku hanya diam mendengar penjelasan ayah.
       hari. Ya, Allah aku begitu merasa berdosa.            “Ayah dulu dikeluarkan dari kantor karena ayah
          Menjelang Ashar aku pergi ke masjid dekat          dituduh korupsi uang kantor. Padahal ayah
       rumah. Aku ikut kegiatan TPA dan diakhiri             tidak melakukannya. Namun bos ayah tidak

       Sholat Ashar berjamaah. Selepas sholat, aku           mengadukan hal itu kepada polisi. Sebagai
       beranjak pulang. Ketika aku hendak memakai            gantinya ayah diharuskan mengganti uang
       sandalku, aku berbalik badan menghadap                yang dikatakan telah dikorupsi ayah. Oleh
       masjid. Lalu ku lihat sosok laki-laki di teras        karena itu, maka mobil dan rumah kita ayah
       masjid sebelah kanan.                                 jual karena untuk membayar uang tersebut.
          “Ayah,” aku bergumam. Kuurungkan niatku            Dan ayah juga dikeluarkan dari kantor. Hari
       memakai sandal dan duduk di teras masjid. Aku         ini Pak Wahyu mengatakan bahwa orang yang
       duduk sekitar 10 meter dari ayah. “Siapa yang         sesungguhnya korupsi adalah teman ayah. Dan
       sedang berbicara dengan ayah?” gumamku.               ia sudah dikeluarkan dari kantor. Ayah pun
       Sambil bersandar aku perhatikan ayah dan              dibolehkan bekerja lagi.” Tak terasa air mataku
       orang itu. Ku lihat ayah mendengarkan orang           mulai mengalir deras. Aku letakkan kepala ku

       itu dengan penuh seksama dan akhirnya aku             di pangkuan ayah dan aku menangis.
       lihat ayah menangis sambil memeluk orang itu.            “Terima kasih Ya Allah.” Ucap syukurku
       “Apa yang tejadi? Kenapa ayah menangis?” aku          dalam tangis. “Dino” ayah mengusapku.
       penasaran. Ayah sudah melepaskan pelukannya           “Bangun, ayo kita beli kamusnya” ajak ayah.
       pada orang itu namun masih terlihat menangis.         Aku terlelap dalam tangisku.
       Aku beranikan diri menghampiri ayah. “Ayah”



































   16
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21