Page 27 - majalah_edukasi_10
P. 27

Kami menuju dimana mobil Heru di parkir, dan
         dia mengantarkan aku pulang terlebih dahulu.    "Pak...saya yakin bukan Heru pelakunya."
         Sesampainya di rumahku dia tidak mampir dan     " Bukti sudah banyak Ra, tidak usah dibela,
         langsung pamit pulang.                          banyak yang lihat dan semua bilang Heru."
         "Ra...aku pulang dulu ya, makasih atas          "Pak, sekolah ini yang namanya Heru tidak satu,
         semuanya."                                      tapi banyak, lebih dari lima orang."
         "Iya sama-sama, hati-hati ya… jangan lupa yang   "Tapi yang bandelkan cuma dia"
         aku bilang tadi."                               "Sungguh Pak bukan saya yang bakar-bakar." Kata
         "Iya siap bos!"                                 Heru sambil memohon mohon.
         "Sampai jumpa besok di sekolah Her… semangat    Bukannya mempertimbangkan Pak Itok justru
         !"                                              mengambilnya rokok dan disodorkan ke Heru.
         Dia cuma senyum dan melambaikan tangannya.      "Ayo… rokok!" Bentak Pak Itok ke Heru.
                                                         "Maaf….Pak saya sudah tidak merokok"
         Sudah hampir sebulan Heru dan Wina putus, Heru   "Jangan sok suci kamu, ayo rokok!"
         semakin tekun dengan pelajaran sekolah, akupun   Karena  Heru tetap tidak mau, pak Itok marah dan
         merasa lega.                                    dihadapanku dia tampar Heru, seketika aku panik.
         Di sekolahku yang namanya Heru sangat banyak,   "Pak.. maaf apa tidak sebaiknya diselidiki dulu?'
         dan Heru temanku terkenal dengan                " Tidak perlu sudah jelas, untuk apa diselidiki?"
         kebandelannya.                                  "Tapi, pak ….," Belum selesai aku memohon Pak
         Siang itu aku tengok ke halaman sekolah, banyak   Itok malah membentak aku.
         buku di jemur di depan teras sekolah.           "Ara…. !" Kamu itu anak baik, pintar dan semua
         Kemudian ada keributan, Heru tidak tampak di    guru sayang padamu, apa untungnya kamu
         kelas, mungkin ke kantin (pikirku), aku ke kantin,   berkawan dengan anak urakan ini." sambil
         semua siswa ramai berkerumun, hatiku semakin    menunjuk ke Heru.
         tidak karuan, aku tanya ke Ibu kantin.          Aku tidak bisa berkata apa-apa dan cuma diam.
         "Bu, ada apa ya?"                               "Sudah bel masuk, kamu masuk kelas sana, Heru
         "Itu mbak, ada yang merokok dan puntungnya      tetap disini." kata Pak Itok kemudian.
         dibuang di rerumputan kering, jadi menimbulkan
         api, sebagai toilet cowok terbakar, anak-anak   Dengan berat hati, aku melangkah ke luar BP, dan
         berlarian memadamkan api, syukurlah tidak       ku lihat masih banyak anak yang nonton didepan
         sampai merembet ke gereja."                     pintu.
         "O… siapa yang merokok Bu?"                     "Ngapain kalian masih disini, ayo bubar-bubar!"
         "Heru namanya mbak."                            Teriakku yang hampir nangis.
         Seketika jantungku hampir berhenti, aku         Sampai di kelas Adi dan mbak Nunuk langsung
         kemudian pamit ke ibu kantin dan cepat-cepat    bertanya.
         kembali ke kelas, siapa tahu Heru sudah ada di   "Hei Ra… gimana, mana Heru ?"
         kelas.                                          Aku cuma geleng-geleng kepala, hatiku benar-
                                                         benar hancur saat itu, aku merasa akulah yang
         Sesampainya di kelas,aku dihadang Adi.          berada diposisi Heru, aku membayangkan
         "Ra... cepat kamu ke ruang BP, Heru dipanggil pak   bagaimana sekarang suasana hati dia sebagai
         Itok, para guru salah paham, bukan Heru teman   tertuduh dengan hal yang sama sekali bukan
         kita yang bakar rumput, tadi dia sama aku terus,   perbuatan dia.
         sumpah."                                        Aku merasa sangat teriris perih sekali, aku tidak
         Kata Adi menyakinkan aku, tanpa pikir panjang,   bisa berbuat apa-apa untuk membantunya,
         aku langsung menuju ruang BP dan pintu masuk    bahkan saat dia ditampar dihadapanku. Aku yakin
         BP berjubel anak-anak pada nonton, maklum jam   dia pasti sedih dan malu, melawan sebenarnya
         Istirahat.                                      bisa, tapi dia menghormati guru kami, makanya
         "Permisi permisi, maaf kasih jalan saya mau     dia diam saja.
         menghadap pak Itok."
         "Permisi Pak, boleh saya masuk?"                Tibalah waktunya pulang sekolah, Heru masuk
         "Siapa…!"                                       kelas dengan pandangan menunduk.
         "Ara Pak!"                                      Hal itu membuat hatiku semakin hancur.
         "Masuklah tidak dikunci !"                      "Her ... maafkan aku, aku tidak bisa membantu
         "Maaf pak, ini ada apa ya?"                     kamu."
         "Tanyakan saja pada temanmu yang bandel itu."
         "Bukan aku Ra, yang bakar-bakar, kamu tahukan
         aku sudah lama tidak merokok?"



                                                         23
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32