Page 22 - majalah_edukasi_10
P. 22
Sebut saja namanya Wina, dia mungil dan cantik.
Perubahan Heru membuat semua orang senang sekaligus heran, termasuk mbak Nunuk teman
sebangkuku.
"Ra… kok bisa dia berubah?" Tanya Mbak nunuk padaku.
"Dia, siapa mbak?"
"Siapa lagi kalau bukan masmu."
"O… Heru?"
"Iya."
"Kan Sebenarnya dia memang baik, kita-kita saja yang selalu mengecap dia urakan."
"Nah,... dulu kan emang gitu Ra, bahkan saat mabuk kamu sendiri yang bisa mengatasi sintingnya."
"Yach...itu karena dia percaya padaku."
Iya dulu saat ada masalah di rumahnya, Heru selalu lari ke minuman keras, bahkan sampai dia bawa ke
sekolah, dia minum dibelakang sekolah.
Dan kalau dia mabuk anak-anak pada takut sampai guru tahu, makanya yang dia hubungi aku, karena aku
dekat dengan Heru. Untung waktu itu jam istirahat, jadi tidak ada guru saat aku tenangkan dia di kelas.
"Her... apa kamu sudah gila, katanya kamu anggap aku ini adikmu, apa kamu tak perduli denganku, jangan
egois dong…, aku hargai kamu sebagai masku, kamu juga harusnya hargai aku sebagai adikmu."
"Maafkan...aku Ra." Dia meminta maaf dan menangis.
"Her….ada apa? Bukankah kalau ada masalah kamu janji mau cerita padaku."
"Iya... maafkan aku Ra, orang tuaku mau cerai."
" Apa?"
"Iya orang tuaku mau cerai."
"Her, coba kamu bicara sama kakakmu, agar membujuk orang tuamu untuk memikirkan lagi."
"Sudah tidak bisa, bahkan Ibuku sudah pergi ke Canada, dan ayahku sekarang di Jakarta."
"Jadi kamu hanya tinggal sama kakakmu saja?"
"Tidak, ada pembantu, sopir dan tukang kebun."
"O... begitu, tapi tak seharusnya kamu seperti ini, kasihan kakakmu, dia juga pasti terpukul, belum lagi lihat
kamu yang acak-acakan."
"Iya sih. Ra... kepalaku pusing, boleh antar aku ke UKS?"
"Iya, aku antar."
Dari sejak itu dia mulai terbuka denganku, bahkan pulang sekolahpun mengantarku sampai ke rumah.
Dan kenal dengan ibu serta bapakku, juga adik-adikku.
Mereka akrab seperti keluarga.
Bahkan saat Heru dan Wina jadianpun, tidak merubah sikap Heru kepadaku.
Dia tetap menjadi mas yang baik dan selalu ngertiin aku.
Sampai pada suatu saat kejadian itu merubah segalanya….
Harapan untuk membuat teman menjadi lebih baik dan bisa bergaul dengan teman-teman yang lain tanpa
cibiran semua sirna seketika.
Suatu hari pagi-pagi sekali aku sudah melihat Heru duduk sendirian di dalam kelas, tidak biasanya dia
serajin itu.
"Pagi Her…" sapaku
"Pagi juga Ra."
"Kok pagi sekali sudah di sekolah?"
"Iya ada yang aku mau ceritain ke kamu, makanya aku sengaja datang cepat."
"Yach... kalau mau cerita dengan senang hati aku dengarkan, asal tidak pinjam PR aja sih hehehe." gurauku
"Enggak kok, aku sudah kerjakan PRku."
"Bagus dong, terus mau cerita apa nih?"
"Ra...kamu kan satu RT tu sama Wina, gimana dia di rumah?'
"Aduh...Her, kamukan tahu sendiri kalau di rumah aku jarang keluar rumah, apalagi untuk bergosip, gak
begitu tahu juga aku tentang dia, kamukan pacarnya, tanya langsung dong ke dia, tidak baik kalau harus
tanya orang lain."
18