Page 20 - majalah_edukasi_10
P. 20
CERPEN -HARAPAN YANG HANCUR
Oleh Ary Lestari Bilal
Namaku Ara waktu SMA, aku punya
teman yang sangat nakal dan urakan atau "Maaf...Her, karena urusan penerbitan
bisa kita sebut sangat bandel. majalah sekolah kita akan segera terbit,
Dia tidak segan-segan merokok di
jadi aku sangat sibuk dan mohon maaf
sekolah, bahkan mabuk, pokonya luar sekali, tapi kalo kamu mau beliin dan
biasa bandelnya.
dimakan di sini, dengan senang hati aku
Padahal kami baru kelas satu waktu itu. menerimanya ." pintaku dengan
Sebut saja namanya Heru.
tersenyum agar dia tidak kecewa.
Banyak teman-temanku yang tidak suka Tanpa aku duga dia mengabulkan
padanya, kecuali anak-anak yang
permintaanku.
memanfaatkan kekayaannya.
Aku sih tidak perduli dengan omongan
"Baiklah, kalau begitu tunggu disini ya…
orang lain, yang aku kenal sebenarnya dia adikku yang manis?." sambil tangannya
itu anak yang baik.
mengusap kepalaku, sontak saja aku
kaget dan langsung bilang.
Kemudian didalam hati aku bertekad
untuk menyadarkannya.
"Her...ini kepala lahir duluan lhoo….?
Kami mulai akrab, karena usiaku lebih tanpa menghiraukan perkataanku dia
muda dari dia, walaupun sekelas tapi aku langsung keluar kelas dan ke kantin, di
masuk sekolahnya lebih awal, makanya
kelas ternyata banyak temanku yang tidak
dia memanggilku adikku yang manis. ke kantin dan mulai bisik-bisik telinga.
Sebenarnya risih juga sih dipanggil gitu,
tapi agar dia tidak tersinggung ya aku Benar juga Heru kembali ke kelas dengan
biarkan saja. membawa roti dan beberapa gorengan.
Tidak sulit bagiku waktu itu dekat dengan
"Alhamdulillah, rezeki anak sholehah…"
siapa saja, karena Alhamdulillah menjadi kataku ketika dia telah sampai.
salah satu pengurus OSIS.
Selain teman-teman yang pada tidak suka Kamipun makan bersama makanan yang
dan menghindarinya, para guru begitu dia beli di tempat dudukku, karena aku
juga.
lagi memilih naskah dan karya-karya yang
masuk ke redaksi, serta memilih naskah
Suatu hari Heru menghampiri tempat
repost dari para reporter majalah di
dudukku. sekolahku.
"Hai ...Ara !" Sapanya Kebetulan waktu itu aku sebagai
Aku cuma senyum.
pimpinan redaksi majalah sekolah di
" Ara kamu tidak ke kantin untuk makan sekolahku.
siang?"
Sambil makan kami berbincang.
"Tidak, ada apa?" aku balas bertanya. "Ra….!"
"Ke kantin yok, aku traktir?" ajaknya "Iya, ada apa?" aku bertanya tanpa
sambil memohon dengan tangan didepan
menoleh ke arahnya, karena lagi super
dada. sibuk.
Sontak membuatku tertawa.
"Nanti kalau pergantian tempat duduk,
boleh dong aku duduk di belakang
kamu?"
16