Page 32 - majalah_edukasi_10
P. 32
Sampailah pada kehamilan tuanya, mereka tak henti-hentinya mendatangi ustad berkedok dukun itu,
segala permintaannya tentunya harus di penuhi.
Bahkan istri yang sedang hamil tua pun harus di bawa meski menempuh jarak jauh.
"Suatu kebodohan" ujar bapak saat ini
Kelahiran sang bayi yang di tunggu-tunggu pun akhirnya sampai pada waktunya. Sang bayi lahir selamat,
namun dengan keadaannya yang lemah.
Melihat kondisi sang anak, beliau pun kembali mendatangi orang pintar tersebut. Meminta di bekali
serta perjagaan bagi anaknya.
Entah apa di pikiran beliau kala itu, sehingga kepercayaannya akan tuhan yang maha kuasa, seakan di
jadikannya sebuah keraguan.
*****
Semenjak lahir bayi laki-laki nya sering mengalami sesak nafas. Yang menjadikan pula kekhawatiran yang
berlebih bagi mereka.
Mungkin dokter canggil di masa itu belum begitu banyak apalagi di kampung-kampung mungkin juga
belum ada.
Sehingga ketergantungan mendatangi ustad + dukun pun menjadi sebuah pegangan bagi mereka.
Tumbuh kembang sang bayi pun tidak seperti bayi pada umumnya, dengan seringnya sesak nafas.
Bahkan keterlambatan bisa berjalan juga kurang aktif.
*****
Tahun demi tahun,mereka lalui. Bahkan pada usia 3 tahun sang anak laki-laki,beriringan kembali sang
istri melahirkan anak ke 2.
Anak sulung yang memang sudah kurang tumbuh kembangnya, bahkan untuk bicara pun sulit. Pada usia
masa-masa aktif anak seusianya, justru ia terlihat murung jarang sekali berbicara. Ia kerap bermain
menyendiri.
Sampai Pada usia nya bersekolah. Sebagai orangtua ada rasa minder akan keadaan anaknya,yang
memang kurang bersosialisasi, bahkan pada usia sekolahnya, anak sulung masih suka ngompol di celana,
seperti yang tidak terasa. Bahkan dia hanya diam saja meski celana nya sudah basah.
Si sulung kondisinya sering sekali sakit-sakitan. Berbagai pengobatan pun telah di coba. Sampai pada usia
9 tahun ia baru di khitan.
Dalam kondisinya yang memang tidak sehat menjadikan si sulung hanya dapat menamatkan sekolahnya
sampai tamat SD saja, dii karenakan kondisi badan si sulung serta otaknya pun sulit sekali menangkap
ilmu/pelajaran.
*****
Selang 3 tahun dari anak pertama, ke anak kedua, selang 3 tahun lagi dari anak ke dua ke anak ketiga dan
kembali selang 3 tahun dari anak ke tiga ke anak ke empat.
Karena kondisi si sulung, baik pendidikan formal maupun pendidikan agama seakan tidak keras di
terapkan oleh orangtua sehingga menjadikan fisik maupun mental seakan kurang bertanggungjawab.
Dengan alasan lemah kondisi nya, orangtua tidak berani mendidiknya bekerja keras maupun yang ringan.
Begitu juga dengan pendidikan agamanya, orangtua tidak menerapkan atasnya, sehingga ia seakan
lemah akan ilmu agama.
*****
Dari berbagai kesengsaraan telah membawa mereka pada kekufuran. Begitu juga kekufuran telah
membawa mereka pada kesengsaraan.
Akhirnya beliau membawa keluarganya berpindah tempat tinggal, dengan niat berhijrah, meninggalkan
segala keburukan.
Meski rasa malu pun seakan masih beliau bawa atas kondisi si sulungnya, bahkan pada tempat barunya,
si sulung seakan tak mendapat ruang bebas dalam bermain, meski usianya sudah 13 tahun.
Alhamdulillah, beliau(sang bapak) seakan mendapat hidayah di tempat tinggalnya yang baru, sehingga
rajin beribadah. Bahkan menjadi seorang mu'azin di mesjid besar. Serta dapat mengajak serta mendidk
ketiga anak perempuannya ilmu agama,
Bahkan beranjak dewasa ketiga anak perempuan dapat bekerja di luar kota, dapat tertanam rasa
tanggungjawab dalam diri mereka.
*****
28