Page 29 - majalah_edukasi_9
P. 29

Kepala sekolah mengajakku ke ruangannya,
                                                     untuk diberikan arahan apa saja yang harus
                                                     saya lakukan sebagai guru Biologi kelas
                                                     delapan. Pak Rudy dengan cepat mengajakku
                                                     ke ruang kepala sekolah. Setelah sampai di
                                                     ruang kepala sekolah, kami berdua
                                                     dipersilakan untuk duduk di depan meja
       “Apa kabar bu Santy,” katanya sambil
                                                     kepala sekolah. Sambil memperkenalkan diri,
       tersenyum                                     saya memperhatikan apa saja yang harus saya
       “Baaaaiik, pak,” jawabku sedikit gugup.       kerjakan. Ternyata pak Rudy adalah Wakasek
       Kok suaraku sangat gugup dan hatiku
                                                     Kurikulum di sekolah ini. Hampir satu jam
       berdebar-debar saat berjabatan tangan         mendengarkan arahan kepala sekolah, setelah
       dengan pak Rudy.  Sedangkan orangnya
                                                     selesai saya diijinkan untuk kembali ke ruang
       sepertinya cuek saja menatapku.               guru.
       “Lama kita tidak bertemu ya...,”  katanya.    Kemudian, saya kembali ke ruang guru untuk
       “Iyaaa..., kan saya pindah di kampung
                                                     bergabung dengan guru-guru yang lain.
       pak,’’ jawabku. Kakiku mulai gemetar,         Namun pak Rudy memanggiku untuk ke
       kenapa ya, rasanya lemes sekali.
                                                     ruangannya.  Hatiku berdebar kencang saat
       Tubuhku langsung didudukkan pada kursi        duduk di sebelahnya, namun orang di
       tak jauh dari ku berdiri, dan pak Rudy
                                                     sebelaku kelihatannya biasa saja.
       ikutan duduk di sampingku.
                                                     “Kita berdua mengajarnya pelajaran yang
       “Sudah absen belum bu Santy,” kata pak        sama yaitu Biologi.” kata pak Rudy
       Rudy
                                                     “Nanti saya akan bantu apa saja yang harus
       “Sini, saya bantu untuk absen,” lanjutnya     dilakukan oleh ibu ya,” lanjut pak Rudy
       “Mana HP nya Bu,”
                                                     Saya hanya mengangguk saja mengikuti apa
       “Biar saya buka kan linknya,” lanjut pak      yang dikatakannya, mungkin karena hati ini
       Rudy                                          semakin tak karuan. Mata ini mengarah ke
       Tanganku mulai mencari-cari  HP di dalam
                                                     kertas yang ada di tangan pak Rudy, tapi hati
       tas tanganku yang dari tadi masih di          ini semakin berdebar.
       bahuku. Ku serahkan Hpku pada pak
                                                     Saya bingung apa yang salah padaku, saya
       Rudy, kemudian langsung diinstalkan link      belum pernah jatuh cinta sama pak Rudy, dan
       Bisma.  Sedangkan saya masih bingung          kita memang bukan sepasang kekasih atau
       dengan apa yang terjadi pada diriku
                                                     mantan kekasih. Mengapa jantung ini
       sendiri.                                      berdebar saat di sampingnya.
       “Ayo, siap difoto, biar saya saja yang
                                                     “Ich... pikiranku kotor,” kataku pelan. .
       mengambil foto bu Santy,”                     Membayangkan hal-hal yang tidak mungkin.
       Saya mengikuti apa yang diminta sama
                                                     Tiba-tiba suara pelan terdengar di telingaku,
       pak Rudy untuk berfoto buat absen. Tak        yang membuat mataku jadi melotot
       lama kemudian HP diserahkan kembali.          “Kamu, kenapa?
       “Terima kasih, Pak” kataku
                                                     “Sakitkah,” lanjutnya
       “Iya, sama-sama,” lanjut pak Rudy.            Hatiku jadi tidak menentu, mataku terbelalak
                                                     kaget menoleh ke arah suara.
                                                     “Aduh panas banget ini muka.” kataku yang
                                                     jarak wajahku hanya satu jengkal dari wajah
                                                     pak Rudy.




                                                    27
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34