Page 44 - majalah_edukasi_9
P. 44

42


                                                         PUSTAKA ONTHEL




                                                         Oleh : Supardi Harun Ar Rasyid







                  *)Tulisan ini adalah salah satu pemenang lomba menulis gurusiana Agustus 2020 yang bertema Pejuang
                  Literasi.
                  Sebagai Kepala  Perpustakaan SMP IT Citra Bangsa Kab.Bekasi, di tengah pandemik covid-19 ini saya
                  merasa prihatin. Karena pengunjung perpustakaan yang sepi bahkan terhenti.. Karena sekolah libur dan
                  para siswa belajar dari rumah ( BDR ) Program kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pun
                  terhenti.Dengan kondisi seperti ini saya harus segera mencari solusi. Pertama , saya berdiskusi dengan
                  tim literasi sekolah . Terdiri dari 5 orang. Diantaranya, Ibu Suratni,SS,Ibu Ardiyah Liya ,S.Pd.,Ibu Ninik
                  Kusmiarti,S.Pd.I , Mbak Diyah Wulan dan Supardi Harun Ar Rasyid.Kedua , minta ijin kepada Kepala
                  Sekolah untuk membawa buku bacaan dari perpustakaan untuk dipinjamkan kepada anak-anak di rumah.
                  Ketiga , menyediakan sarana sepeda. Kenapa saya memilih sepeda onthel? Ya, karena supaya menarik
                  buat anak-anak ketika datang. Bayangkan, kalau hadir membawa motor pasti berisik. Jika bawa mobil
                  susah parkirnya dan tidak bisa masuk ke gang-gang kecil rumah warga.

                  Sepeda onthel saya ini sudah tua usianya. Saya bawa dari kampung, Sukoharjo ,Solo Jawa Tengah.
                  Sepeda itu merupakan peninggalan almarhum bapak saya. Bapak meninggal tahun 2008. Sewaktu masih
                  sehat ,bapak selalu memakainya ke sawah dan juga ke ladang. Pada tahun 2010 karena sepeda tersebut
                  sudah tidak dipakai lagi, maka saya bawa ke Bekasi . Dan saya pakai untuk olah raga gowes tiap Sabtu
                  dan Minggu pagi. Nah, sekarang karena lagi pandemi, maka  sepeda tersebut saya pakai untuk olah raga
                  dan  literasi.  Ibarat sekali mendayung dua ,tiga pulau terlampaui.

                  Program Pustaka onthel saya jalankan sesuai jadwal yang saya susun . Yaitu , hari Rabu, Sabtu dan
                  Minggu. Lokasi terdekat saya kunjungi pada hari Rabu dan Sabtu sore. Saya memilih  sore karena pada
                  pagi hari para siswa belajar online atau daring dari guru mereka. Adapun, hari Minggu pagi untuk
                  mengunjungi siswa yang rumahnya jauh.

                  Lokasi singgah Pustaka onthel saya memilih , pertama ,halaman mushala. Karena  setelah anak-anak
                  mengaji biasanya mereka langsung pulang. Atau kadang bermain dengan teman-teamannya. Maka saya
                  berkeinginan  setelah selesai mengaji mereka bisa membaca buku yang saya bawa. Ternyata benar,
                  mereka senang dan asyik membaca buku yang  mereka sukai. Kedua, rumah warga. Saya mendatangi
                  beberapa rumah warga. Tidak hanya anak-anak yang sekolah di Citra Bangsa namun anak yang sekolah
                  diluarpun saya kunjungi. Jadi umum sifatnya. Ketiga,  taman komplek. Di tempat inilah anak-anak biasa
                  bermain di hari Minggu pagi bersama orang tuanya. Pernah saya melihat anak-anak walaupun sudah di
                  taman masih senang main handphonenya. Maka saya berkeinginan , dengan kehadiran Pustaka Onthel
                  mereka membaca buku-buku bacaan  yang mereka sukai. Semua kegiata ini saya laksanakan dengan
                  protokol kesehatan. Seperti memakai masker,mencucu tangan dan menjaga jarak.

                  Pustaka onthel, bukan tanpa halangan untuk melaksanakan programnya .Ada beberapa kendala yang
                  saya jumpai. Diantaranya ,pertama ,cuaca saat  hujan . Kedua, jarak tempuh. Ada beberapa siswa yang
                  rumahnya jauh. Ada yang 3,4,5 bahkan ada yang 10  kilometer. Dan ketiga,  kurangnya buku bacaan.
                  Kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan saya terus menggaungkan literasi pada siswa dan warga.
                  Maka apabila sedang hujan tentunya saya berteduh supaya buku-buku tersebut  tidak basah. Kalau
                  hanya terik matahari mungkin saya masih bisa meneruskan perjalanan. Tapi kalau hujan atau bahkan
                  banjir mesti saya  berteduh sejenak. .Kemudian saya menggantii jadwal dihari  lain. Adapun jarak tempuh
                  yang jauh , saya memetakan jadwal kunjungan. Misalnya hari Rabu dan Sabtu sore saya mengunjungi
                  rumah warga yang dekat. Dan pada hari Minggu pagi saya mengunjungi rumah warga  yang jauh.
                  Sementara untuk kekurangan koleksi buku bacaan , saya mengadakan gerakan donasi buku kepada siswa
                  dan orang tua,  Dan berusaha menyampaikan harapan tambahan koleksi kepada para donator.
                  Alhmdulillah  ada beberapa orang tua ataupun siswa bersedia  memberikan sumbangan buku.
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49