Page 43 - majalah_edukasi_10
P. 43
Istiharah Cinta
Oleh Endah Fitri R
Namaku sasa, aku adalah anak pertama dalam keluarga. Kehidupan sangat bahagia, segi materi keluarga
cukup berada. Namun Kisah perjalanan jodohku tidak seindah dan semudah kisah cinta cinderella. Penuh
derai air mata.
Inilah dilema besar yang aku rasakan, usiaku sudah 25an tahun belum satupun seorang pria yang mampu
menggetarkan hati apalagi muncul dalam pikiran. Keluarga besar sangat mengharapkan, aku dapat menikah
dengan orang yang dekat rumah, maksimal masih dalam satu kabupaten. Hal ini merupakan PR terberat ku,
bayang bayang kekewatiran begitu Asiknya hadir dalam lamunanku. Bagaimana seandainya jodohku jauh,
seandainya tidak sesuai harapan keluargaku? Pikiran begini bukan berarti lebay di usiaku, namun bagiku hal
yang wajar, karena sampai detik ini pun dalam sejarah hidupku belum pernah aku mengecewakan mereka.
Waktu berganti, bulan berlalu, banyak para lelaki yang berusaha dikenalkan untuk di jodohkan dengan ku.
Semua cukup menjanjikan dari segi harta, keluarga terpandang namun entah mengapa hati belum tersentuh
atau terbuka juga. Allah juga memberikan karunia kepada ku. Setiap lelaki yang di jodohkan selalu hadir
dalam mimpi. Ada yang pernah muncul dalam mimpi di berikan bangkai sama yang mengenalkan, di berikan
ular dlm aquarium dan mimpi mimpi lainya yang mengisyaratkan kalau dari mereka bukanlah jodoh terbaik
untuk ku. Berbekal mimpiku bisa menjadi alibi atau alasan bahwa mereka belum yang terbaik.
Ada awal pasti ada akhir, ada penantian akan memunculkan harapan yang menjadikan aksi untuk bermunajat
dalam doa. Istiharah lebih terasa begitu syahdu, larut dalam buliran air mata, Tahajud, Dhuha seolah menjadi
sebuah kewajiban. Saat itu benar benar ada pada kondisi sangat menghamba.Istiharah seolah tidak pernah
terlewatkan, aku berdoa semoga dapat melabuhkan cinta di orang yang tepat, orang yang terbaik dan sesuai
Ridho Nya. Musim berlalu, Lambat namun pasti, titik terang doa mulai menunjukkan alamat cintanya.
Berawal saat aku dikenakan pada adik tingkat saudaraku,sebut aja Farhan namanya, (nama samaran) saat itu
masih terasa hambar dan yakin bukan dia alamat untuk jodohku. Namun inilah jalan Allah, tidak ada yang sia
sia bahkan semua ada hikmah terindah. Selalu aku tanaman cinta akan menemukan jalannya, ku bantu
dengan doa agar tidak salah alamatnya. Inilah awal dari pelabuhan cintaku, saat itu telp berdering, ternyata
dari Farhan. Tiba tiba saja menyampaikan "Dek, ini ngobrol dengan adik kelasku dulu ya, dia orang Papua loh".
Heeeem, mana mungkin orang Papua ada di Bogor, paling bercanda aja (gumamku dalam hati).
"Aslkm. Wah calon istri mas Farhan ya mbk." wass, bukan lah, nie juga baru kenal(dengan nada ketus dan
sedikit jengkel aku menjawab). Oiy, kenalkan saya dari Papua. "siapa juga yang tanya, lagian mana mungkin
orang Papua bisa sekolah di Bogor.(jawab ku)."ihhh, cewek kok jutek amat". Seketika itu juga telp dimatikan.
Tidak ada percakapan atau saling kenalan, angin lewat yang bahkan tidak terasa kehadirannya.
Percayalah cinta akan menemukan jalannya, Allah lah sutradara terhandal dan terbaik. Saat itu, mas Farhan
yang memang sudah mengirimkan foto dirinya dan menggunakan nomor adik kelasnya, sebut saja Efrasa
(nama samaran) Bukan karena wajah yang kurang tampan, tapi dalam hati ku tidak ada sedikitpun debaran
atau rasa yang berbeda, bahkan dalam mimpipun tidak bernah dapat berjumpa dengan mas Farhan. Tak lupa
ku simpan nomor yang digunakan untuk mengirim foto.
Ada yang spesial dan lain dari nomor tersebut, pemilik nomor itu satu satunya orang yang tidak pernah
sekalipun iseng atau menghubungiku, hal ini berbeda dengan beberapa nomor teman mas Farhan yang ketika
mengetahui nomor ku akan iseng telp untuk sekedar minta kenalan bahkan tak jarang menggodaku.
Nampaknya hal ini menimbulkan kesan tersendiri di hatiku, rasa penasaran dengan pemilik nomor
menggerakkan hati untuk sekedar iseng Sms yang berisi Quote kata kata mutiara. Ternyata gayung
bersambut, sms terbalaskan. Saat itu perkenalan pun terjadi, sungguh sesuatu yang di luar logika atau hanya
kebetulan saja mikir ku, pemilik nomor itu adalah orang Papua yang bagi ku dari awalpun sudah tidak percaya.
Namun lagi-lagi Allah mempertemukan jodoh dengan jalan Nya.
Awalnya aku hanya sekilas lewat, komunikasi juga tidak terlalu intens mengingat peraturan asramanya tidak
memperbolehkan pegang hp, kecuali hari libur saja. Aku mulai merasakan hal yang berbeda. Mas Efrasa
sungguh berbeda dengan para kumbang yang berusaha mengambil madu. Ya, mas Efrasa sangat jujur, apa
adanya bahkan bukan kewewahan harta yang dia ceritakan, namun justru berbagai perjuangan hidup seorang
anak yang serba kekurangan ekonomi. Bahkan hidupnya pun berpindah menumpang dengan orang hanya
sekedar bisa bertahan melanjutkan sekolah. Sungguh ironi, hal inilah yang terasa begitu istimewa di hati ku.
Awalnya hanya sekedar simpati, namun semakin hari aku merasa nyaman saat berkomunikasi dengannya.
Gejolah hati, keraguan mulai menjalar dalam pikiranku. Sekuat tenaga aku berusaha menepis rasa itu, ya rasa
yg belum pernah ada sebelumnya. Aku menyadari konsekwensinya, dia yang berusaha hadir mengisi hati
namun bertentangan dengan kemauan keluarga besar dan hati.
Orang jauh di seberang pulau, asal usul nya pun entahlah,apa yang akan aku sampaikan ke keluarga besarku.
Setelah berhari hari merenung aku lebih mantap untuk mundur dan mengubur perasaan itu dalam dalam,
biarkan rasa itu hilang, dari pada akan ada luka yang harus aku torehkan untuk keluarga besarku. Angan dan
harapan ternyata tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, semakin lama aku menepis rasa itu, justru mimpi kian
berkelebat seolah mengisyaratkan bahwa mas Efrasa dari Papua itulah jodoh yang terbaik untuk ku.Padahal
saat itu belum pernah aku berjumpa dengan wujud aslinya.
39