Page 33 - majalah_edukasi_4
P. 33

Aku beralih mendekati Syifa siswa          seperti itu.  Ayo, lanjutkan semuanya!”

               pendiam di kelasku. “Syifa, pengalaman apa         kataku memuji anak – anak.
               yang ingin kamu bagi kepada teman –
                                                                         Mereka kembali pada pikkirannya
               temanmu?” Syifa tak menjawab dengan kata
                                                                  masing – masing. Terlilit imajinasi yang
               –kata, seperti biasa Syifa menyambut
                                                                  tinggi untuk dituang dalam bejana karyanya.
               dengan senyum malu – malunya.
                                                                  Joy yang menulis sambil bersenandung dan

                       “Ah, saya bisa nebak, Bu. Cerita dari      sesekali mengembangkan senyumnya. Aldi
               Syifa. Pasti pengalamannya jadi pinalis            yang mengatupkan tangannya sambil

               lomba cipta puisi OLSN kemarin. Syifa,             mengangguk – anggukkan kepalanya. Veda
               benar kan? Pasti benar,” Rangga yang biasa         yang mengangkat kedua tangannya seolah

               heboh di kelas mulai memancing suara               akan memasukkan bola basket ke ringnya.
               Syifa.                                             Azzam yang menepuk – nepuk telinga

                                                                  kanannya, dan masih banyak lagi tingkah
                       “Rangga, kamu cocok jadi
                                                                  polah anak – anak untuk mengingat dan
               paranormal,” kata Syifa yang disambut
                                                                  membuka memori kenangannya.
               dengan tawa ria teman – temannya.

                                                                         Waktu terus bergulir mengiringi
                       “Ngga, ayo tebak cerita apa yang
                                                                  tarian pena anak – anak yang penuh
               sedang saya tulis?” tantang Haikal.
                                                                  harmoni. Tak terasa waktu tinggal tersisa 20
                       “Pasti tentang takut disuntik              menit lagi. Mereka masih asyik menulis

               imunisasi, minggu lalu. Benar kan? Ga usah         seakan bernostalgia bersama masa lalunya.
               malu – malu, ya kan?”
                                                                         “ Anak -anak, waktu masih 20 menit
                       “Eh, tapi masih lebih parah kamu,          lagi. Adakah yang sudah selesai cipta
               ketakutan sampai teriak – teriak heboh. Jadi       cerpennya?”

               kelas kita diintip anak – anak karena
                                                                         Tampak Syifa, Veda, dan Danang
               teriakkanmu,” timpal Haikal.
                                                                  mengangkat kertasnya. “Baiklah, sekarang
                       “Hahaha, betul sekali itu,” anak –         kita dengarkan cerpen ketiga teman kalian.

               anak tertawa serempak seakan diberi aba –          Bagi yang cerpennya belum selesai silakan
               aba.                                               dilanjutkan di rumah ya,” kataku pada


                       “Bagus, berarti kalian sudah bisa          mereka.
               memilih pengalaman kalian yang paling                     Syifa bercerita pengalamannya jadi

               berkesan yang akan kalian kembangkan jadi          finalis lomba cipta puisi pada OLSN tingkat

               cerpen.Semuanya bagus dan boleh dibuat             Kabupaten. “Saat pengumuman ditempel,


                                                             33
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38