Page 22 - majalah_edukasi_7
P. 22

MALAIKAT TEPI JALAN
                                                Karya: Natasya Nofa Ardana
                                                     SMPIT At Taqwa

                                                    Berpijak di tepi jalan
                                               Dengan rupa yang amat kasihan
                                            Duduk bersil di bawah sangbagaskara
                                            Tetes keringat perlahan mulai kau seka

                                              Langkahkan kaki tanpa senyuman
                                           Membendung air mata yang tak tertahan
                                                Mengeluh kesah dalam fikiran
                                      Mengurung rasa lapar yang tak kunjung terbayarkan

                                                    Menatap peluh lesu
                                                     Berfikir penuh halu
                                                Rindu berzikir dalam sujudmu
                                             Rindu akan segala nikmatmu dahulu

                                              Perlahan terdengar suara lirihnya
                                               Tawarkan dagangan seadanya
                                            Berharap rupiah digenggam tangannya
                                           Tuk sekedar meneguk air pelepas dahaga

                                                Detik demi detik kau berteriak
                                             Seraya memegang dada penuh sesak
                                         Berharap seseorang memberi belas kasihannya
                                          Tuk sekedar berbagi sedikit rezeki untuknya

                                                  Terik rintik sudah tak apa
                                              Dilewatinya dengan penuh derita
                                             Tak ingat letih lepas membayangkan
                                           Betapa indahnya gambaran masa depan

                                                   Pergi dengan harapan
                                                 Kembali dengan kecemasan
                                         Anak istri menanti adanya sepotong makanan
                                          Namun tak sepersen uang di genggamannya

                                              Menangis dalam tenangnya malam
                                               Berteriak dalam heningnya diam
                                           Tak ingin satu orang pun mendengarnya
                                                Atas segala keputus asaannya

                                             Diraihnya tetes demi tetes air wudhu
                                        Digelarnya sajadah dengan jahitan tak menentu
                                           Diangkatnya tangan tangan diatas bahu
                                             Berharap tuhan ada ketika mengadu

                                                Kata demi kata ia keluarkan
                                             Dipejamkannya mata penuh hafapan
                                          Berharap dama tuhan kan menghampirinya
                                            Tuk mencerahkan segala kehidupannya












               22 | M a j a l a h   E d u k a s i   E d i s i   7   –   M a r e t   2 0 2 0
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27