MENGUAK SENANDIKA DALAM SEUNTAI KENANGAN

MENGUAK SENANDIKA DALAM SEUNTAI KENANGAN
Penulis: Lili Priyani (Pendidik di SMAN 2 Cikarang Utara, Kab. Bekasi; Pengurus Komunitas Pendidik Penulis Bekasi Raya/KPPBR)

Bangsa Indonesia begitu bangga memiliki putra terbaik bangsa. Salah satunya adalah Ki Hajar Dewantar yang bernama asli R. M. Suwardi Suryaningrat adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi sejak masa kolonial Belanda. Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij bersama rekannya dr. Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, salah satunya dengan mendirikan Taman Siswa.

Melalui tiga semboyan yang hingga kini berlaku dalam sistem pendidikan nasional. Ketiga semboyan tersebut adalah Ing ngarso sung tuladho, artinya ketika di depan kita harus memberi contoh atau suri teladan bagi mereka yang berada di tengah dan belakang; Ing madyo mangun karso, artinya ketika di tengah kita harus bisa memberikan semangat untuk kemajuan; dan Tut wuri handayani, artinya ketika di belakang kita harus mampu memberikan dorongan.

Makna terdalam bagi proses pendidikan adalah agar anak-anak mampu berpikir mandiri agar menjadi pribadi rasional, cerdas komprehensif, analitik dalam berpikir dan bertindak, serta memiliki rasa hormat, santun, dan berkarakter mulia. Bapak Pendidikan Nasional ini beranggapan bahwa tolok ukur keberhasilan sebuah pendidikan adalah ketika anak mampu mengenali tantangan yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya. Sebuah gagasan mahadaya yang selamanya patut diapresiasi demi kemajuan bangsa.

Sebagai praktisi dunia pendidikan, saya terinspirasi oleh kekuatan filosofi yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional tersebut. Dengan memilih dan berkonsentrasi pada bidang literasi, penulis menebar dan berperan serta dalam menumbuhkembangkan literasi bagi semua lapisan masyarakat, tidak saja bagi dunia pendidikan tetapi juga bagi seluruh kalangan yang tergerak untuk berliterasi.
Sepatutnya pendidik menjadi contoh dalam menumbuhkan literasi. Berkarya melalui tulisan menjadi bagian dari memberikan teladan berliterasi. Ini menjadi bukti dari penerapan Ing ngarso sung tuladho.
Ketika pendidik sudah menjadi teladan bagi peserta didik maka implikasi yang bisa dirasakan adalah peserta didik akan bersemangat untuk melakukan kegiatan literasi. Menyuntikkan semangat untuk menambah wawasan dan meraih cita-cita untuk kemajuan masa depan, menjadi penguat bagi penulis dalam menerapkan Ing madyo mangun karso.
Setelah itu, penulis memantik motivasi peserta didik dengan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan membaca dan menulis sebagai pengejawantahan dari aktivitas literasi. Dorongan yang dilakukan oleh pendidik menjadi kekuatan dan suluh semangat bagi generasi muda untuk mewujudkan masa depan gemilang melalui kegiatan literasi. Inilah salah satu penerapan dari filosofi Tut wuri handayani.

Melahirkan karya dari konsistensi menulis yang dilakukan saban hari dan merawat tekad serta niat kuat untuk terus-menerus menulis memampukan penulis untuk berkarya satu BULAN SATU BUKU. Ini semua terjadi atas izin, pertolongan, dan limpahan kasih sayang Allah SWT kepada saya, Dia-lah yang menjadikan semua ini kenyataan, Sang Maha Mewujudkan.
Karya-karya tunggal lahir dari benih pikir, olah perasaan, endapan emosi yang terkelola dan dihadirkan dalam wacana berbagai bentuk/genre. Buku-buku tunggal tersebut adalah Buku-buku tunggal: Diari Hati (Agustus 2017), Aktualisasi: Guru Berwibawa karena Menulis (September 2018), Menguntai Renjana (Oktober 2019), Salam Literasi! (April 2020), Rendezvous: Melukis Pelangi (Mei 2020), Kidung Corona (Juni 2020), Sketsa Pandemi (Juli 2020), Pandemi: Pemantik Berkarya (Agustus 2020), Sisiran Jejak Menebar Literasi (September 2020), Bergiat Menuju Generasi Literat (Oktober 2020), Antawacana Literasi (November 2020), Merapal Hujan (Desember 2020), Pancang Semangat, Menguak Literasi (Januari 2021), Belajar Filantropis dari Salam Literasi (Februari 2021), Meruah Bahagia di September Ceria (Maret 2021), Refleksi Literasi untuk Melejitkan Kompetensi (April 2021), Melayah Terpalis Bisik (Mei 2021), Serentak Bergerak Menyemai Literasi (Juni 2021), Mengeja Bilik Atma (Juli 2021), Afirmasi Profesionalisme Melalui Literasi (Agustus 2021), Pawana Rindu Menyisip Sukma (September 2021), Kabar dari Desau Angin (Oktober 2021), Meneroka Literasi dari Multidimensi (Oktober 2021), Menjaras Atma dalam Selingkup Cinta (November 2021), Merepih Jingga pada Senja (Desember 2021), Jejak Kreatif dalam Sinergitas Literasi (Januari 2022), Senandika dalam Seuntai Kenangan (Februari 2022), Inspiring The Art (Maret 2022), Literasi, Penumbuhan Karakter, dan Merdeka Belajar (April 2022) dan Senandung Jiwa Teruntai dalam Sajak (Mei 2022).
Salah buku yang hadir sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan literasi adalah buku berjudul SENANDIKA DALAM SEUNTAI KENANGAN (SEHIMPUN PUISI). Buku ini merupakan buku antologi puisi. Tertoreh empat puluh puisi yang dipilin dari endapan perasaan, ide, dan gagasan yang direpresentasikan dalam bentuk untaian bait, susunan rima dan irama, dan menguak makna.
Menguak judul “SENANDIKA DALAM SEUNTAI KENANG” (SEHIMPUN PUISI), yang merupakan wacana seseorang terhadap dirinya sendiri. Seperti halnya makna yang teruntai dari ‘senandika’ yaitu bentuk monolog dalam drama saat seorang tokoh mengungkapkan perasaan, firasat, atau konflik batin yang paling dalam. Ungkapan perasaan dan konflik batin yang diruahkan dalam untaian bait dimaksudkan untuk menyajikan atau menyampaikan informasi kepada pembaca atau pendengar.
Konflik batin yang lazim dialami oleh insan bernyawa dan menyasar sesiapa saja, bisa tertampilkan dalam rangkaian sajak-sajak. Rangkaian sajak-sajak inilah yang akan mengikat makna menjadi seuntai kenang. Seuntai kenang yang bisa menjadi pengingat masa, sebagai bagian dari sejarah yang pernah tertoreh.
Hari menyurut adalah keniscayaan
Karena hidup memacu, tak kan mundur sedetik pun
Semula berbinar pun akan meredup
Karena kejayaan berjangka

Secupak tak jadi segantang
Adalah sesuatu yang tetap dan tidak dapat diubah lagi
Demikian kata bijak bestari
Menguak makna hakiki tentang ketetapan hidup

Pada waktu yang terus berganti
Menderu melecut kisah bak negeri dongeng ber-alkisah
Mencorak meletup cerita nyata misteri tragedi kesukaceriaan
Silih berganti, saling melengkapi
Bertumbuh hingga menetap lalu memprasasti

Bahagia sejatinya monumen diri
Melukis masa memoles senja

Dengan segantang damba, seukuran asa, setakaran asan sahaja

Puisi di atas berjudul “Memoles Senja Dengan Segantang Damba”, satu puisi yang menghiasi isi buku. Kehadiran puisi ini mampu mempresentasikan amanat yang terkandung dalam buku puisi ini.
Seperti halnya barisan puisi yang tertata dalam buku ini adalah polesan dari setiap lembar kisah, monolog yang tercurah dari relung hati penulis, dan juga konflik batin yang tertumpah dari sanubari.
Laksana selembar kertas yang tergores tinta akan menimbulkan tafsir beraneka. Begitupun dengan untaian kata yang tertuang dalam bait-bait puisi, sejatinya memunculkan taksa makna. Hal ini, sah-sah saja. Kita tak perlu berpolemik atau silih salah. Bukankah, puisi hadir dari segala rasa yang meruah.
Semoga kehadiran buku ini dapat menambah khasanah bagi dunia sastra dan menjadi pemantik untuk selalu memaknai semua peristiwa yang terjadi dan tak membiarkannya menguap begitu saja. Harapan baik teruntai, semoga tergali mutiara hikmah dari setiap bait yang terhampar di setiap helai.

(Cikarang, 5 Juni 2022)

Profil Penulis
Lili Priyani, lahir pada 3 September 1970 di Tanjungpandan, Belitung. Mengabdi sebagai PNS sejak 1994 di SMAN 2 Cikarang Utara, Kab. Bekasi. Di samping itu, penulis juga mendedikasikan ilmunya sebagai dosen di PTS, pewara profesional, Instruktur Nasional/Mentor Guru Pembelajar/PKB, Pengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Periode 2021 – 2023, Pelatih Nasional Peningkatan Kompetensi Guru, aktif di organisasi keprofesian, pengurus komunitas penulis dan literasi (KPPBR, KPPJB, FLI, GLN GAREULIS, Pendidik Jabar Juara Juara), penulis lepas di media massa, narasumber kepenulisan, narasumber literasi, serta penggerak literasi.
Korespondensi dengan Lili Priyani dapat dilakukan via alamat surat elektronik lilipriyani0903@gmail.com, akun facebook Lili Priyani, instagram lilipriyani, dan nomor WA 085715858089.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *