WASPADA, TAK PERLU PANIK
(Baca Ceritaku – Rissa Churria)
Percepatan pemberitaan era sekarang membuat kepanikan melanda masyarakat hingga tak menyisakan jatah tenang dan berserah kepada Allah SWT. Padahal segala macam wabah dan penyakit serta kesehatan juga datang dari Allah SWT.
Pridiksi para pakar perlu ditanggapi untuk lebih waspada, tapi tak perlu terlalu takut dan panik, jalani dengan wajar saja. Berusaha hidup wajar seadanya, jalani segala yang disarankan dari pakar kesehatan dengan pola hidup sehat, aku rasa cukup, selanjutnya berdoa agar Allah SWT melidungi kita. Sebab jika Allah SWT berkenan memberi sebuah penyakit tak perlu kita kemana mana, penyakit itu akan datang dengan sendirinya, dan kematian akan datang walau kita bersembunyi di tempat yang paling jauh dan gelap sekalipun.
So, aku pernah divonis oleh seorang dokter hidupku hanya tersisa 5 tahun saja, ketika ayahku menolak untuk operasi , Aku dilabeli dokter terkena Penyakit Cerebrospinal (Kekurangan cairan di otak). Tahun 80-90 an dunia kedokteran belum secanggih sekarang, laju percepatan informasi tidak pula seperti sekarang.
Mendapat vonis itu, rasanya dunia mau runtuh, aku patah, takut dan segala kecamuk melanda seisi kalbu. Saat itu ayahku yang juga seorang mantri kesehatan selalu memberi semangat kepadaku untuk tidak panik dan takut pada label label penyakit itu. Obat obatan memang tidak putus, seluruh hidupku semua seolah bergantung kepada obat, Tapi ayah selalu membesarkan hatiku, untuk tidak putus dalam berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Sakit adalah sunatullah dan salah satu ujian yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Kata kata ayah yang selalu aku ingat hingga sekarang,”Nikmati kebahagiaanmu, jangan mengingat sisa usia yang telah dokter voniskan itu, jaga shalatmu, jangan lupa tulislah surat kepada Allah SWT semampumu”. Tahu gak sejak itu, aku rajin menulis surat kepada Allah SWT, dan tiap malam jum’at ayahku ingin mendengarkan aku membacakan salah satu suratku kepada-Nya.
Duh, kalau ngomongin tentang ayah, jadi baper dan berlinang air mata. Manusiawi sih, karena ayah serupa malaikat yang menjelma menjadi ayahku.
Sayangnya surat suratku itu telah hancur dimakan banjir dan rayap, ketika kutinggal di rumah dulu. Ayah selalu menyeka air matanya tiap kali aku membacakan surat yang kutulis kepada Allah SWT saat itu. Surat terakhir yang aku bacakan di depan ayah sebelum aku berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, kurang lebih seperti ini,
Dear Allah SWT,
Allah, tentu Kau lebih tahu keadaanku saat ini, tanpa aku harus bilang ini itu. Sebentar lagi aku akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahku. Kau tahu kan, ayah dan ibuku sudah restu, maka jaga aku dan jaga ayah, ibu serta adik adikku.
Allah, beri aku waktu untuk melakukan kebaikan. Jika menurut-Mu sakit itu menjadikan aku lebih dekat dengan-Mu, ya itu terserah Kau saja. Aku hanya seorang hamba yang menerima segala takdir begitu rupa.
“Allah aku tak mau meminta sembuh atau sakit, sebab Kau tahu apa yang baik untukku”.
Hamba-Mu
R.C
Aku hanya bercerita sedikit tentang kisahku, tanpa bermaksud apapun. Itulah kenyataan hidup yang pernah aku alami. Sembari menikmati berita perkembangan Corona pagi ini.
Semoga ceritaku dapat menginspirasi.
Salam sehat untuk yang membaca tulisanku pagi ini,
Sehat hati
Sehat pikiran
Sehat perasaan
Allah akan memberi!!
#Tantangan Hari Ke-10
#Tantangan 14 Hari KGPBR
5 thoughts on “Waspada, Tak Perlu Panik”