KUCING SISKA
_Ratih W_
Pagi itu seperti biasa terburu-buru menuju kelas. Agak terlambat sepuluh menit gara-gara kucing yang terkunci di rumah. Tak bisa melihat pintu terbuka , dia berlari dan ngumpet di kolong meja makan. Entahlah punya siapa. Ku pikir dia kucing kampung biasa yang main ke rumah untuk mencari makan. Setelah keluar, sepotong ayam sisa kemarin kulempar dan huupzt si kuning langsung membawanya lari ke seberang.
Ayo, Sis masuk kelas!” ujarku pada Siska salah satu siswaku di kelas 9.2 yang masih duduk manis di bawah pohon mangga yang tumbuh rimbun depan kelasku. “Jangan lupa cuci tanganmu!” kataku kemudian ketika melihat Siska tengah mengusap-usap kepala kucing kecil yang terlihat sangat senang dipangkuannya.
Di sekolahku memang banyak sekali kucing liar yang terus saja beranak-pinak. Kucing-kucing kurus dan tidak terawat, namun anak-anak senang sekali main-main dengan kucing-kucing itu. Beberapa guru kadang membawa makanan dari rumah untuk memberinya makan, bahkan Bu Yuli guru Bahasa Inggris di sekolahku sengaja menyiapkan makanan yang disimpannya dalam kaleng dan disuguhkan setiap pagi.
Hari ini jadwal kami untuk belajar P5, masuk di LK 4 untuk mengidentifkasi kebijakan-kebijakan pemerintah terkait penyandang disabilitas. Anak-anak antusias sekali jika disuruh presentasi.
Baru saja ku duduk untuk mengambil botol minum, tiba-tiba saja kelas gaduh. Anak-anak perempuan menjerit-jerit sambil terdengar suara-suara mereka mau muntah.
“Buuuuu, kucingnya ee di meja Dede,” teriak Philip dari belakang.
“Siska, ni. Kucing dibawa-bawa masuk segala, lihat tuh berak. Tanggung jawab, lo! Ayo bersihin teriak Putri si KM dengan lantang.
“Gua juga bilang apa, Siskaaa. Batu sih Lu, ayo aja dibawa masuk,” gerutu Alyssa sambil menutup hidung.
“Iya nie Siska, beberapa menimpali sambil menatap Siska yang bergeming dan hanya tersenyum-senyum
“Huuuuuuuuh!!!! Teriak kelas gaduh.
Sekilas kulihat Siska hanya diam tak peduli omongan teman-temannya, dia sibuk mencari kucingnya yang sembunyi di kolong meja. Tampak kucing kecil mojok di kolong meja, mungkin merasa bahwa dia sedang jadi topik panas di kelas.
“Hmmmm, sudah, sudah,” teriakku tak kalah keras tetapi tak berani mendekat hanya terlihat gundukan kuning di atas meja Dede. Jika mendekat boleh jadi akulah yang akan muntah duluan.
“Divky, Rodry, tolong kalian keluar sebentar ambil pasir di depan kantin depan ya!”ucapku.
Kedua anak itu berdiri dengan wajah cemberut, tanpa berani melawan perintahku.
“Duh,duh,duh. Siska! Elu, aah. Nyari kerjaan orang aja, lagi enak-enak belajar juga” ucap Rodri bersungut. Siska hanya tersenyum tanpa dosa.
“Sini, kucingnya aku taro di luar,” ujar Bintang sambil hendak mengambil kucing yang kembali di peluk Siska.
“Jangan, biarin di sini sama aku.” ucapnya sambil memeluk kucing kecil itu.
“Sis! Jorok banget sih Lo. Dia habis mpup, cebokin dulu ke,” ujar Hilmy meneriaki Siska dengan muka serius.
Kelas kembali gaduh semua tertawa. Divky datang langsung menaburkan pasir sambil memalingkan muka.
Tolong nanti dibersihkan ya, Sis!’ ujarku tersenyum melihat kelakuan anak-anakku yang lucu.
“Siap, Bu” katanya sambil mengusap-usap kepala si kucing kecil.
“Boleh kita taruh di luar dulu, sayang? Sepertinya dia lagi mulas perutnya, nanti empup lagi,” ujarku kemudian. Nanti kamu ambil sapu sama pengki di belakang ya! Tunggu kawan-kawan istirahat. Lain kali kucingnya gak usah dibawa masuk ya, Nak,” bisikku padanya.
Dia tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala.
Its such as you read my mind! You appear to understand a lot approximately this, such as you wrote the guide in it or something. I believe that you can do with a few percent to force the message house a little bit, but instead of that, this is excellent blog. A fantastic read. I will definitely be back.