BELAJAR DI RUMAH DIPERPANJANG, SEMOGA ANAK-ANAK TETAP BAHAGIA
Oleh : Nenden Hernika
Mendengar berita tentang diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosisl Berskala Besar) oleh Pemerintah Provinsi Jakarta mulai tanggal 10 April serta akan diikuti oleh 5 Daerah lain yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, hati ini terasa teriris. Sampai kapan semua ini berlalu, Ya Robb?
Kepedihan hati ini semakin dalam ketika membaca edaran Bupati Bekasi nomor 420/SE-37/Disdik/2020 tentang perpanjangan waktu belajar di rumah dan libur awal Ramadhan pada masa darurat Covid-19 di Kabupaten Bekasi. Di sana dijelaskan bahwa belajar di rumah diperpanjang sampai tanggal 22 April, serta dilanjut dengan libur Ramadhan sampai tanggal 2 Mei 2020. Tuhan, skenario apa sebenarnya yang sedang Engkau buat untuk kami?
Secara pribadi, sebenarnya saya sangat mendukung apapun yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberantas COVID-19. Acungan jempol buat pemimpin-pemimpin bangsa mulai dari pusat hingga tingkat RT yang begitu ekstra berjibaku melawan corona. Berbagai upaya dilakukan agar virus mematikan itu tidak menyebar ke mana-mana. Entah berapa trilyun dana yang sudah dan akan digunakan, belum lagi dampak dari PSBB yang pastinya akan berpengaruh besar terhadap semua sektor terutama ekonomi. Namun demi keselamatan dan kesehatan warga, semua dikorbankan. Semoga para pemimpin bangsa ini diberi kekuatan, kesabaran dan kesehatan. Aamiin.
Yang menjadi pemikiran adalah anak-anak yang harus diperpanjang masa belajar di rumahnya. Kami belum bisa bertemu, belum bisa bermain bersama, bercanda dan tertawa bersama, belum bisa melepas rindu dengan melihat celoteh mereka setiap hari. Terbayang berbagai macam tingkah anak dari mulai yang pemalu, pendiam, berani, rewel, usil, pokoknya tingkah anak dari yang menyenangkan hingga yang menjengkelkan semuanya menambah rindu. Tak satu pun yang tak dirindukan, baik yang pintar, berbakat, belum bisa, bahkan yang selama ini sering membuat marah pun sama dirindukan.
Masa belajar di rumah mungkin awalnya menyenangkan. Kita sering melihat anak-anak yang bersorak riang jika pengumuman libur meski kalimatnya belajar di rumah. Tapi jika berlangsung lama dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap psikhologis anak. Sugiyanto dalam artikelnya tentang karakteristik usia SD menyebutkan kebutuhan anak adalah anak usia SD senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan /memperagakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran (staff.uny.ac.id)
Untuk melaksanakan pembelajaran sesuai karakteristik usia SD melalui online, tentunya tak semudah yang dibayangkan. Mereka yang tetap butuh sentuhan, butuh perhatian langsung, tiba-tiba harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh, maka tak heran jika tidak hanya guru, anak-anak pun banyak yang rindu kepada gurunya. Apalagi kami hanya bisa online lewat WA, belum menggunakan aplikasi lain seperti webex atau zoom, mengingat pasilitas android anak-anak yang masih terbatas (umumnya anak menggunakan HP orang tua, bahkan masih banyak yang belum punya WA). Salah satu solusi adalah melakukan video call dengan mereka, agar rindu dapat sedikit terobati.
“Saya sudah kangen, Bu sama Ibu,” kata salah satu murid di grup WA literasi, diikuti dengan kalimat yang sama dari anak-anak lain. “Ya, Nak, ibu juga kangen, Insya Allah semua ada hikmahnya, mari kita semua berdoa agar virus cepat hilang dari muka bumi, mari kita berkarya agar hidup tak sia-sia,” hanya itu yang bisa saya sampaikan, berharap mereka tetap bahagia dan tidak jenuh tinggal di rumah bersama orang tua.
Bojongmangu, 10-04-2020
#Tantangan hari ke 13
#Tantangan 14 hari KPPBR