Trik Sukses Marketing Buku

Trik Sukses Marketing Buku

Oleh : Iim Kamilah

Menulis buku itu ternyata mudah.Memasarkan bukunya yang sulit.

Tak semua orang mudah memasarkan buku sekali pun bukunya sudah bertengger di toko-toko buku besar misal Gramedia cs.

Jangankan untuk sampai bisa dapat untung dari hasil bikin buku, untuk sekedar BEP (Break Event Point) alias balik modal aja tak semua bisa.

Menyerah saja?

Tak mau bikin buku lagi?

Kecewa?

Meradang merasa dimanfaatkan oleh penerbit yang gencar mengadakan event sehingga dimotivasi rajin nulis sehingga penerbit banyak orderan untuk nerbitin buku tapi giliran marketingnya seolah lepas tanggung jawab?

Kelimpungan? Itu buku yang numpuk mau dikemanain? Bingung menjualnya?

Jadi kesel dan marah-marah ke penerbit penyelenggara event nulis karena baru nyadar banyak pelatihan nulis tapi tak ada pelatihan marketing bukunya?

Ayo  … jujur aja.

Sahabat penulis banyak yang ngedumel begitu, kan?

Lalu, harus gimana?

Berhenti nulis aja, gitu?

Oho! Jangan gitu donk!

Ga usah begitu lah, sahabats!

Buang semua pikiran negatif di atas!

Kita sudah selangkah lebih sukses.

Sukses jawab tantangan besar, bisa membuat karya besar. Bisa menimang buku karya pribadi setelah begitu lelahnya hamil dan melahirkan dengan dahsyat.

Masa sih bayinya dibuang?

Masa sih ga mau ngelahirin lagi?

Oke, sahabats!

Masalah marketing memang cukup pelik. Apalagi bila diterbitkannya oleh penerbit indie.

Yang ama penerbit mayor pun belum tentu mendapat royalti atau hasil jual naskah yang sebanding dengan tetesan keringat jerih payah jungkir baliknya betap keras perjuangan menulis buku. Apalagi banyak banget yang minta gratisan. Udah gitu, dibaca pun tidak.

Weleh  … Weleh  … Weleh, betapa sadisnya bila minta buku gratis.

Tapi jangan esmosi, sahabats!

Kita harus paham.

Orang yang tak pernah bikin buku memang takkan paham betapa mahalnya perjuangan penulis di balik sebuah buku.

Orang tak tahu kita ngeluarin uang jutaan untuk biaya terbit cetak, dll.

Tak tahu pula betapa berdarah-darahnya kita  bikin buku.

Betapa lamanya waktu yang kita korbankan untuk menulis dan revisi demi revisi, kemudian ngajukan naskah ke penerbit. Selanjutnya harus super sabaaaaaaarrrr nunggu proses antri diedit, di lay out, dapat nomor ISBN, diterbitkan, dicetak. Ngirim-ngirim buku ke tiap pembeli, dll. Oalah! Mumetnya!

Tapi untunglah di balik semua itu, kita bahagia.

Dengan menulis, kita bahagia.

Bisa melahirkan buku dengan proses yang puanjaaaaang, kita bahagia.

Membungkus buku, mengantar ke JNE cs yang super repot, kita tetap bahagia.

Banyak pembeli buku yang lambat  transfer ke norek kita karena lupa padahal bukunya udah diterima, kita mantap tetap bahagia.

Semua karena  …

Kita tak ingin cari untung dengan menulis.

Bisnis bukan orientasi kita.

Kita hanya ingin berbagi keberkahan dan mencerahkan sebanyak-banyaknya orang dengan hasil karya kita.

Diharapkan, semua yang baca akan jadi bahagia karenanya.

Terinspirasi untuk jadi semakin hidup lebih berqualitas.

Membukakan jendela hidup hanya dengan kebaikan demi kebaikan saja.

Memberikan celah solusi hadapi tantangan ujian hidup yang kian naik seiring beranjaknya usia menuju derajat yang lebih tinggi dan pantas di sisiNya.

So, bagaimana solusi marketing bukunya?

Oke, sahabats. Kita tak bisa menyerahkan sepenuhnya pada penerbit atau toko yang mau memajang buku kita.

Tetap harus banyak usaha yang kita lakukan.

Turut mensukseskan marketing buku kita merupakan tantangan yang memiliki seni tersendiri.

Bila tangga tantangan menulis buku sudah sukses dilewati.

Kini tapakilah tangga kesuksesan tantangan tindak lanjutnya.

Banyak upaya yang bisa kita lakukan, diantaranya:

– Terima tawaran untuk jadi pembicara di bedah buku.

– Promokan buku ke WAG-WAG dengan ikuti aturan admin group.

– ikut pameran/bazar buku.

– Meminta seorang ahli untuk membuatkan resensi buku kita dan kita posting

– Mengajak dan mengedukasi masyarakat bahwa sekian rupiah dari pembelian buku untuk donasi kemanusiaan

– Teman-teman yang sudah baca buku kita posting testimoni pengalaman membacanya.

– Bikin list semua access dan kenalan.

Tawarkan buku pada semua kenalan dan access dengan santun dan jangan pernah memaksa. Mau ngasih kebaikan dan kebahagiaan kok maksa. Ingat dan sadarilah, masyarakat kita masih belum cinta baca. Ranking ke-61 dalam minat bacanya dari 62 negara di dunia ini. Jadi masih kurang minatnya terhadap buku apalagi beli buku. Jarang orang kita merasa murah bila harus beli buku. Beda dengan beli jajanan. Rp 90.000,00 dirasa sangat mahal untuk buku tapi untuk jajan makanan, Rp 100.000,00 juga ngegelosor dari dompet tanpa pikir seribu kali padahal makanan sehari juga habis sedangkan buku, bertahun-tahun awet tak ada habisnya kecuali kena musibah banjir dll.

Selain itu sadari juga, ini musim apa, sahabats!

Ya! Tepat! Ini musim pandemi. Jangankan untuk beli buku, untuk beli beras aja sulit. Kalau ada uang juga bukan diprioritaskan untuk buku, tapi pasti untuk sembako dan donasi dulu lah.

Jadi tentu tak bisa maksa menawarkan bukunya.

Harus ada trik khusus yang membuat calon pembeli merasa perlu memiliki buku itu untuk pelepas rasa lapar batin rohaninya seperti merasa perlu memenuhi rasa lapar perut jasmaninya.

Pandemi bukan halangan untuk bisa beli barang yang dianggap mahal bila orang tahu manfaat yang bisa penuhi kebutuhannya.

Jadi, tetaplah optimis bisa sukses menjual buku di musim pandemi.

Justru di musim pandemi ini butuh imun tinggi yang salah satunya bisa terpenuhi dengan kebahagiaan membaca buku kita. Rasa lapar pun jadi hilang. Melihat hidup yang suram karena covidawati jadi cerah ceria setelah memeluk buku kita.

Ada cara lain jual buku?

Wah   … masih banyak, sahabats!

Man jadda wa jadda

Bagi orang yang sungguh-sungguh selalu ada jalan.

Bagi orang yang punya niat ingin berbuat baik memberikan kebahagiaan selalu ada Allah menyertai dan membukakan jalan-jalanNya untuk sukses.

Tak ada sukses tanpa babak belur, jatuh bangun dulu. Nikmatilah prosesnya.

Sahabats!

Jangan lupa. Yang mensukseskan adalah Allah. Jadi untuk suksesnya marketing buku pun tak lepas dari Allah sebagai pegangan kita.

– Tahajudlah yang rajin. Mohon petunjuk dan kemudahan harus menerbangkan buku kemana saja karena hanya Allah yang tahu siapa yang sedang membutuhkan buku kita.

– Bacalah istigfar dan shalawat setidaknya 100 kali sehari  karena istigfar dan shalawat memiliki keajaiban yang bisa jadi kendaraan kita menuju the dream becomes true. Ingat tentang banyak kisah *The miracle of Istigfar and Shalawat*

Allah SWT pasti senang pada umatnya yang menulis dan gigih berjuang menyebarkan nilai-nilai yang tersiratkan dalam tulisannya karena semua ikhtiar ini menjadikan kita berupaya keras untuk mendekatkan diri padaNya melalui seni menulis.

Salam sukses dan bahagia untuk para penulis, penebar cahaya yang tak menggenggam sendiri ilmunya. Rela menjadi lilin yang meleleh demi menyinari alam sekitar.

Bekasi, 12 Agustus 2021

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *