Orang ke-3 Bag 5
Oleh : Rani Yuliana
Tiba- tiba detak jantung Ibu berhenti dan denyut nadipun tak teraba. Riri menjerit sejadi jadinya. Hingga pecah isak tangisnya yang terhenti. Riri dan Astri saling memberi semangat, sedangkan sang Ayah hanya terpaku di sudut ruang tunggu.
Rasanya hari itu adalah hari yang sangat mencekam. Tiada suara Ibu lagi yang biasanya membangunkan Riri di pagi hari namun Riri mencoba menerima kenyataan.
Tiga bulan berlalu begitu saja. Riripun kembali ke Bekasi untuk tetap beraktifitas seperti biasanya. Ayah dan Astri yang tinggal domi kampung hanya menerima nasib, karena di tinggal Ibu. Sepeninggalan Ibu, Ayah kini sakit-sakitan. Sehingga Astri harus merawatnya dengan memberikan banyak waktu untuk ayah. Namun selang waktu ketika Ayah mengalami sesak nafas dan menyebut-nyebut nama Adi, Astri sontak terkejut ketika Ayah menceritakan tentang sosok seorang Adi.
Ternyata Adi adalah kakak kandung Riri yang terpisah saat orang tuanya menitipkannya pada Ayah. Orang tua Riri yang sebenarnya meninggalkan Riri dan Adi dan sang Ayah yang kala itu masuk penjara. Sehingga Adi terpisah dan entah di asuh oleh siapa. Namun dari keterangan terakhir ayah mendengarkan kabar kalau Adi ternyata berada di Panti asuhan. Ketika mendengar hal itu Ayah sedikit lega, setidaknya ayah hanya bisa memantau tanpa harus di ketahui. Karena keterbatasan ekonomi membuat ayah hanya bisa mengangkat Riri sebagai anak angkatnya.
Mendengar itu, Astri sangat terkejut karena ternyata Adi yang di katakan Ayah adalah Adi yang selama ini menyukai Riri selama kuliah.
” Ayah tahu? ” tanya Astri dengan begitu bingungnya karena mendengar cerita ayah
” tentang apa? ” Sang Ayah bertanya balik pada Astri
” Adi itu teman aku selama kuliah, dia memang tinggal di panti asuhan Sejahtera, tp aku takut ingin menceritakannya pada ayah, karena Adi menyukai Kak Riri” tegas Astri.
Kemudian Ayahpun tercengang mendengar pernyataan Astri. Karena setau Ayah, Adi menyukai Astri. Namun Astri tak pernah tahu hal itu.
“Tapi tidak mungkin Kakak menyukai adiknya, Riri itu adik kandung Adi”. Jelas Ayahnya penuh emosi.
” tapi tidak mungkin aku mengatakan ini pada kak Riri, Ayah . Kak Riri pasti merasa terpukul dengan keadaan ini” gumam Astri yang hanya tertunduk dan merenung.
” ukhu, ukhu, ukhu ” suara batuk Riri terdengar sambil mengusap bibirnya dengan sapu tangan.
” Riri!, yang benar saja, sapu tangan kamu penuh darah” Putri seakan kaget melihat sapu tangan yang berlumuran darah segar
” ada apa dengan kamu, Ri? ” tanya Putri sedih
” Entahlah, Put. Aku sendiri bingung” tegas Riri bimbang.
Saat Adi melewati depan rumah kontrakan Riri, melihatnya menangis dan menutup mulutnya dengan sapu tangan.
” Kak, tolong antar Riri ke rumah sakit, dia sakit kak ” tegas Putri
Akhirnya Adi membawa Riri ke rumah sakit dan membawanya ke ruang UGD. Setelah satu jam pemeriksaan, Riri keluar ruangan dengan terpasang infusan di tangan kirinya.
” Riri, kamu baik-baik saja, bukan? ” tanya Adi.
” Iya, aku baik-baik saja” jawab Riri
” Tolong jangan sampaikan ke Astri dengan keadaanku” Riripun berusaha menyimpan rahasia itu dengan adiknya.
” berjanjilah padaku Adi, karena umurku sudah tidak lama lagi” keluh Riri dengan tetesan air mata yang tak hentinya mengalir di pipinya.
” Riri, jangan pernah berkata seperti itu” Adi berusaha memberikan semangat pada Riri.
Beberapa waktu kemudian Riri sempat tak sadarkan diri, dan harus segera transfusi darah karena terlalu banyak darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. Adi mencoba memanggil dokter jaga, dan mencoba berbica dengan dokter supaya mengambil darahnya untuk di transfusi ke tubuh Riri. Namun setelah di tes darah ternyata sang dokter bertanya pada Adi.
” Maaf, anda ada hubungan darah dengan Saudara Riri? ” tanya dokter
” tidak dok, saya temannya, bukan saudara kandung” tegas Adi
” tapi ini darahnya sangat cocok sekali, biasanya kalau seperti ini sudah pasti ada hubungan kakak beradik” sang dokter berusaha meyakinkan Adi dengan seriusnya.
Adi hanya berdiam diri di sudut ruang tunggu, sambil menunggu Riri yang sedang di periksa oleh sang dokter. Ternyata Adi masih terngiang dengan ungkapan dokter ketika di ruangannya.
Tepat hari itu adalah di keluarkannya Ayah kandung Riri dari penjara. Ketika mengetahui Riri di rumah sakit, ayah kandung Riripun bergegas menuju rumah sakit dengan Astri dan ayahnya. Mereka bertemu di rumah sakit, dengan terkejut melihat Adi yang duduk dengan wajah pucatnya karena sudah dua malam tidak tidur. Ayah dan astri memanggilnya dengan sebutan nama kecilnya supaya ayah Kandung Adipun tahu kalau itu adalah Adi kecil yang sempat terpisah saat masih kecil.
” mbul, kamu ternyata di sini? Tanya Astri penuh cemas.
” Iya, aku sudah 2 minggu di sini menunggu perkembangan kesehatan Riri. Tp rupanya Riri sedang tak sadarkan diri lagi setelah selesai transfusi darah.
” Mbul?, itukah kamu? Ini ayah ” tegas ayah kandungnya yang terlihat terheran heran melihat wajah Adi yang begitu tampannya.
” Iya Ayah kemana saja” sambil Adi memeluk ayahnya, Adi pun tak hentinya menahan tangis.
” Berarti kamu sedang menunggu adikmu yang sedang sakit, Ayah bahagia sekali kalian bisa di pertemukan” jelas sang ayah kandung Adi dan Riri itu.
” Adik?” sontak tercengang ketika mendengar kata-kata kata sang ayah.
Adi tidak dapat berkata-kata ketika harus menerima kenyataan. Riri yang selama ini di anggapnya seorang teman dekat, bahkan lebih dekat, ternyata kedekatan ini adalah saudara kandung yang tidak mungkin lagi untuk melanjutkan hubungannya dengan Riri. Adi yang selama ini menaruh hati pada Riri, ternyata tenggelam begitu saja. Ternyata Riri adalah adik kandungnya.
Dalam keadaan yang mencekam, sang doktek dengan begitu paniknya keluar masuk kamar Riri, dan perawat yang menyiapkan alat untuk merespon jantungnya yang sesaat terhenti. Tak pernah menyerah dalam hal berusaha dan terus berusaha. Supaya pasien dapat kembali berdetak jantungnya. Namun setelah satu jam terlewatkan, akhirnya sang dokterpun mulai berkeringat dingin. Dan menyatakan pasrah dan menyerahkan pada yang Kuasa. Ya Tuhan, ini adalah sebuah perjuangan Riri melawan penyakitnya. Akhirnya sang dokterpun keluar pintu kamar rawat Riri dengan peluh dan tak sanggup mengungkapkan apa yang telah di lewati Riri.
**
Bersambung
Cibarusah/14 September 2020/09.00/Tantangan KPPBR ke-14