TETAP SAJA PENDATANG – PART 2 Oleh Neng Ceha

TETAP SAJA PENDATANG
#PART2
Neng Ceha

“Mak… bikin rumah gedong ya”, ucapku penuh pinta. Hampir setiap hari aku meminta dengan nada manja. Maklum, saat itu aku adalah anak bungsu dan usiaku kurang lebih 4,5 tahun. Entah mengapa di masa itu aku ingin sekali memiliki rumah gedong karena di sekitarku rata-rata memiliki rumah gedong sedangkan rumah yang aku tempati adalah rumah sekaligus toko sembako yang hanya terbuat dari bilik bambu dan papan kayu pohon nangka. Ukuran rumahku 12×12 meter yang di dalamnya terdapat 1 ruang dapur dan ruang makan dengan ukuran 6×6 meter, 2 ruang tidur, 1 kamar sholat dan 1 kamar mandi.

Setelah 15 tahun semenjak orang tuaku tinggal di Cimuning, akhirnya mereka membangun rumah gedong di belakang rumah toko yang kami singgahi. Ukurannya pun lumayan besar, namun entah mengapa tidak dibuatkan kamar mandi dan dapur padahal pekarangan belakang rumah masih luas. Meski begitu aku merasa sangat bahagia, karena akhirnya rumahku ada lantainya.

Orang tuaku memang pendatang di kampung Cimuning, namun tetap saja mereka adalah sosok yang terlahir di Bekasi. Mereka adalah tipe orang yang ramah dan suka membantu orang lain. Bahkan tak jarang pelanggan dibiarkannya berhutang kepadanya. Bukan hanya satu atau dua orang saja yang berhutang. Terkadang pelanggan yang berhutang tersebut tak pernah berpikir untuk melunasinya, bahkan semakin menambah hutangnya.

Genap usiaku 5 tahun, Abah jatuh sakit. Sebetulnya Abah sudah lama sakit sebelum aku dilahirkan, namun inilah sakit yang terparah. Anehnya penyakit yang dideritanya tidak wajar. Perutnya semakin hari semakin membuncit, kakinya pun tak mampu berjalan harus disanggah oleh tongkat dan dari tubuhnya keluar aroma tidak sedap seperti bau bangkai.

Emak sebagai istri sudah berusaha mengobatinya dari mulai dokter di rumah sakit hingga ke para normal. Ketika diperiksa ke rumah sakit, dokter tidak berhasil menemukan penyakit dalam dirinya. Sehingga ada seseorang yang menyarankan ke para normal dan emak pun mencobanya. Ketika diperiksa oleh para normal, emak tidak percaya dengan ucapan dan tingkah laku para normal tersebut. Semua yang dilakukan oleh para normal tidak ada yang masuk akal baginya. “Ah, pengobatan apaan si ini ? Mana mungkin silet dan jarum bisa keluar dari kulit tanpa ada luka, sudah berkali-kali datang ke beberapa para normal tetap saja si Abah ga ada perkembangan. Ya Allah… Harus kemana lagi saya mencari obat untuk suami saya, saya sangat bingung ditambah lagi anak-anak saya masih sangat kecil-kecil, tunjukan jalanMu ya Allah”. Lirihnya sambil berdo’a lalu menyeka air mata yang keluar dari kelopak matanya yang lebar.

Bersambung…

Tantangan menulis KPPBR

4 thoughts on “TETAP SAJA PENDATANG – PART 2 Oleh Neng Ceha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *