Pilihanmu sendiri

Pilihanmu sendiri
Oleh Nunung N Ummah

*Siapa yang sukses dan siapa yang gagal dalam menghadapi cobaan ini. Mereka yang tetap sehat dan dan berhasil tetap hidup setelah wabah corona ini belum tentu yang sukses. Mereka yang menjadi lebih baiklah yang sukses. Mereka yang meninggal karena wabah ini belum tentu gagal. Tapi mereka yang tetap tidak baik bahkan menjadi buruklah yang gagal.*

Kata-kata di atas sempat beredar dari grup ke grup dan di beberapa media sosial. Nasihat itulah yang mendorong saya membuat tulisan ini.

Fredrick bekerja sebagai kuli bangunan harian. Dia masih bujang. Tiap malam dia kongkow bersama teman-temannya. Mereka nongkrong di warung yang menyediakan minuman beralkohol. Kini kebiasaan itu sulit dilakukan. Teman-temannya banyak yang takut bergerombol karena adanya si virus corona. Hanya dia sendiri kini yang nongkrong.

Nongkrong sendirian ternyata tidak asyik, begitu pikirnya. Akhirnya Fredrick pulang. Sampai di rumah pengaruh minuman beralkohol masih bekerja. Dia marah-marah pada adiknya karena kamarnya berantakan. Dia mau adiknya membantu merapikan. Tapi tidak dengan kata-kata yang baik, marah-marah. Adik yang awalnya ada segan pada kaka sebagai pencari nafkah menjadi _illfeel_
. Frederick tidak berusaha memperbaiki diri dan bergaya hidup sehat.

Hari-hari selanjutnya diwarnai dengan pertengkaran keduanya karena Frederick pulang dalam keadaan mabuk. Akhirnya rumah pun tidak menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Mama Frederick meminta dia mengurangi kebiasaan minum minuman beralkohol. Dia malah marah. Tidak mempedulikan kata-kata mamanya.

Di tempat kerja juga dia mulai berselisih dengan temannya yang selalu menolak diajak main bersama. Teman-temannya yang dulunya juga sering main dengan frederick banyak juga yang berubah. Karena harus sering di rumah, lebih banyak waktundi rumah, mereka berkomunikasi dengan baik dengn mama dan saudaranya. Tidak lagi mabuk, dan menghabiskan waktu bersama dwngan keluarga mereka. Itu pula yang mereka katakan padanya. Tapi Fredrick tak mau mendengar.

Sementara di tempat lain sebuah keluarga juga dengan 2 orang anak saling berbicara.
“Kaliana akan di rumah sampai sekitar empat bulan. Akan kaliana isi dengan apa waktu kalian. Papa seharian tetap bekerja, harus pergi ke kantor. Mama meski di rumah tetap sibuk juga dengan kalian dan pekerjannya. Karena Mama bisa bekerja dari rumah, berbeda dengan pekerjaan Papa.” Sang papa berbicara pada anak-anaknya.

Mama menyambung, “Artinya papa dan mama jadwalsudah jelas ada, tetap bekerja da tetap mengurus kalian. Sedangkan Kakak dan Adik tidak demikian. Biasanya seharian sekolah, sekarang hanya belajar 2 jam. Berarti kalian harus bikin jadwal baru, agar waktunkalian tak terbuang sia-sia.”

“Jadwal giman sih, Ma?” Tanya kakak pada mamanya.

“Kakak buat tabel kegiatan dari bangun tidur sampai pergi tidur lagi.” Mama menjawab.

“Beberapa hari ini kan kita udah berkegiatan terus, Ma. Ngapain pakai jadwal-jadwal segala, kaya sekolah aja. Kita kan di rumah aja.” Adik ganti berbicara.

“Seharian tadi adik belajar sekitar 1-2 jam, lalau siasa waktunya buat apa? Main hp kan?” Mama menjawab

“Hahaha, tapi teman-teman juga gitu kok.” Adik masih bersikukuh.

Ayah menengahi, “Kalau kondisi ini hanya 1 atau 2 hari tidam terlalu masalah, seperti ketika kalian libur di hari Sabtu dan Ahad. Tapi ini akan berbulan-bulan. Jelas tidak akan baik.”

“Perkembangan otak kalian sedang bagus-bagusnya untuk belajar, memahami bahkan menghafal. Kalian harus punya program, punya target. Misal target membaca. Ada buku di perpustakaan yang belum dibaca, targetkan harus baca itu. Sesuaia ketebalannya selesai berapa lama.” Ayah menambahkan.

“Target membaca Al-Qur’an, juga perlu diperhatikan. Mempertahankan hafalan yang dari sekolah juga harus ditargetkan.”

“Kapan dong, Ma main hp nya?” Adik dan Kakak kompakan, hehe.

“Makanya bikin jadwal untuk itu, bagi dikit-dikit waktunya. Ttep bantu mama, tetep belajar, tetep baca alquran, tetep baca buku, tetep main hp. Bikin jadwal kalian jadi tahu pembagiannya. Kalau ga dijadwal ya gitu, main hp tuh ga ada rasa puasnya.”

“Ya gitu Kak, Dek. Makanya jadwal kalian sendiri yang bikin, biar bisa menjalankannya. Paham?”

“Ya, Pa,” kakak menjawab.

Akhirnya berlakulah yang mereka diskusikan. Keesokan harinya suasana di rumah hampir mirip Ramadhan tiap selesai salat anak-anak membaca Al-qur’an lalu membaca buku. Suasana di rumah kian tenteram. Sesekali diwarnai pertengkaran ringan karena berebut perhatian mama, atau berebut cemilan, khas anak-anak.

Jadi begitulah setiap manusia. Mereka memiliki sikap yang berbeda yang berpengaruh pada cara bersikap pada kondisi yang sama. Kasus-kasus di atas adalah contoh sebagian kecil saja. Aneka kasus tentu jutaan sesuai banyaknya manusia. Belum lagi kesadaran yang muncul dari berbagai kelompok dan komunitas untuk menggalang dana dalam rangka bergotong royong menghadapi bcorona. Tapi setidaknya ada satu hal yang perlu kita garisbawahi. “Setiap peristiwa hendaknya mengarahkan kita pada sikap yang lebih baik.’

#Tantangan14Hari KPPBR
#Tantanganke5

10 thoughts on “Pilihanmu sendiri

  1. Pingback: jav
  2. Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

  3. Pingback: UoBilad Alrafidain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *