SUNYI SEKOLAHKU, LEBAT KEBUNKU
Oleh : Nenden Hernika
Senin, 06 April 2020, saya dan beberapa teman guru ke sekolah, karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sudah tiga minggu kami Work From Home, tapi kami sekali-kali suka ke sekolah. Ada yang bergetar di dalam dada, saat mengetahui sekolah yang biasanya riuh oleh suara anak-anak, kini terlihat sunyi tak berpenghuni.
Usai pekerjaan, rekan lain pulan duluan. Aku sengaja tak langsung pulang. Rasanya masih betah di sekolah. Kutatap pintu kelas yang tertutup rapat, kupandangi bunga-bunga di depan kelas yang terlihat mekar namun seperti turut merasakan sepi, kudapatkan beberapa kelopak bunga yang layu tak berkembang. Ada genang di kelopak mataku, “Ya Robb, kapankah semua ini akan berakhir? Aku rindu suara anak-anak, rindu sambutan hangat mereka saat datang ke sekolah, mereka langsung berlarian menghampiri mengajak salaman. Kini, hanya cericit burung Gereja yang meloncat ke sana kemari di selasar sekolah, riang mematuk biji bunga matahari tanpa ada yang menghalau.
Kuselusuri selasar sunyi, menuju kebun di belakang sekolah. Ada Abah penjaga sekolah di sana. Kupandangi sekeliling kebun yang beberapa bulan lalu kami tanami dengan bermacam tanaman bersama anak-anak. Sebagai sekolah yang tahun 2019 lalu meraih penghargaan Sekolah Berbudaya Lingkungan dari Gubernur, tentu saja menghijaukan lingkungan sekolah adalah prioritas program kami sehingga di kebun sekolah banyak ditanami baik itu apotek hidup, warung hidup, dan bermacam tanaman lain baik itu buah-buahan maupun sayuran.
Subhanallah, mataku terbelalak. Ada buah naga yang meranum merah. “Abah, ini sudah boleh dipetik?” Tanyaku pada Abah. Kami memanggilnya Abah, karena beliau sendiri yang sejak honor menjadi penjaga, selalu mengAbahkan meski usianya belum begitu sepuh.
“Boleh, Neng guru, sengaja tidak Abah petik karena ingat pada Neng Guru. Untuk pergi mengantarkan Abah tidak berani pergi jauh,’ katanya sambal memberikan dua genggam cabe rawit dan cabe gendot yang kebetulan berbuah banyak. Biasanya jarang lebat karena sering dipetik.
Ya Allah, aku sangat terharu. Kupetik buah naga, ada dua buah yang matang. Tak lupa, kupetik beberapa lembar daun sirih yang rencananya akan kubuat hand sanitizer alami. Alhamdulillah Ya Allah, terimakasih banyak. Berulangkali kuucapkan kalimat Tahmid sebagai tanda syukur, ternyata di balik sunyi dan duka, Engkau masih tetap memberi kebahagiaan. Aku pun pulang dengan membawa hasil kebun sekolah.
Bojongmangu, 06-04-2020
#Tantangan hari ke 9
#Tantangan 14 hari KPPBR
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.