Rinduku, Rindumu, Rindu Kita

*Rinduku, Rindumu, Rindu Kita*
By Ratih W

“Miiiih, liburnya sampai kapan siih? ” Aku pingin banget cepet sekolah. ”
Teriak putriku Arin sambil mengelayut manja di pangkuanku. Usianya 17 tahun ini, duduk di kelas XI SMA.
“Aku gabut di rumah terus Miiiih.”
“Sabar cantiiiiik, ini kan karena situasi lagi gawat. “Nanti jika sudah aman, pasti cepat masuk lagi. Kataku menghiburnya. Kulihat matanya berkaca-kaca. Heheh..anak ini perasaanya terlalu halus. Kupandang mukanya yang tirus cantik, dengan kacamata bulat yang menempel diwajahnya. Rambutnya tergerai panjang dan lebat dengan lapisan warna kuning keemasan berbaur dengan warna hitam pekat. Kuusap kepalanya sambil kucium lembut.

“Besok Rabu tanggal 1 April, Neng bisa sekolah lagi, sayang.” Kataku menambahkan. Neng adalah panggilan sayangku. Karena Arin adalah anak perempuan satu-satunya. Selain itu kata Neng adalah panggilan khas di daerah asalku Tasikmalaya untuk gadis seusianya.

“Iya deh Miiih…aku mau bikin tiktok aja biar ga boring. Dia pun kembali naik ke kamarnya.” Bibirnya yang tipis tampak menguncup manis. Simbol dari kebosanan yang mulai mengiris.

Hari ini genap 13 hari, sejak kebijakan siswa diliburkan. Pembelajaran online dengan pemanfaatan berbagai aplikasi mulai dilakukan. Namun suasana sekolah yang hangat, situasi kelas yang menyenangkan tetap teramat sangat dirindukan.

Bukan hanya Arin yang rindu suasana sekolah…hangatnya kelas. Aku pun sama. Hmmmm… kangen. Rindu suara gaduh anak-anak, teriakan mereka yang kadang mengagetkan. Berlari-lari di sepanjang koridor dan lapangan. Mereka ramai bermain bola atau sekedar duduk berkumpul lesehan d bawah pohon beringin. Hampir dua minggu pemandangan itu hilang dari pandangan.
Sederet kata manis pun hilang dari pendengaran.
“Halo Ibu!
“Apa kabar Bu?
“Ibu cantik deh hari ini… mau ga jajanin saya? Ha ha ha..sapa mereka sambil tertawa manja.

Kadang aku mematung sendiri, sembari mengerjakan beberapa tugas laporan harian terkait masa libur siswa. Suasana begitu lengang hanya bunyi sraaaaak…sruuuuk…sraaak sruuuk.. suara sapu lidi. Dirman dan Mang Lili yang tengah membersihkan halaman. Beringin tua tak pernah berhenti merontokan daunnya. Seperti semangat kerja kami di setiap harinya. Namun rasa itu perlahan memudar terangkum dalam kecemasan dan kebijakan. Berlari dan sembunyi untuk bersama menyelamatkan diri dari wabah pandemik bernama Covid-19.

Hawa di ruang guru pun serasa beku, hanya terlihat tumpukan benda-benda bisu. Meski masih ada beberapa kawan yang kadang datang, juga Stap TU yang hadir bergiliran untuk piket. Tiada guru baik Umi Asih yang selalu bersedekah membawa makanan kecil serta menghibur kami dengan cerita-cerita lucu bikin smua ngakak. Tiada Tina si guru berwajah kenes dan imut. Tiada juga tampang-tampang serius yang kadang membuatku tersenyum dalam dan menarik napas panjang. Ya Rabb… begitu dahsyat musibah yang engkau berikan. Namun ini belum seberapa dibanding azab yang akan engkau timpakan. Atas hamparan dosa manusia yang terus terukir dan tiada berkesudahan.

Tragis memang, wabah pandemik covid-19 memberi kegaduhan luar biasa. Namun semua kembali pada Dzat yang Maha Kuasa.
Allah yang Maha Baik… ampuni segala dosa kami. Betapa dosa kami melangit, meluas, bahkan membumi. Namun senantiasa berharap ampunan-Mu.

“Miiiiiiiiih! “suara Arin kembali terdengar.
“Ya sayang apaaaa. Aku sesaat menghentikan pekerjaanku.
“Ga jadi masuk hari Rabuuuu, liburnya nambah Miiiiiiih.” Anak itu benar-benar bersedih. Di sudut matanya tampak bulir air bening yang hampir jatuh.
“Korban tambah terus, Nak! jawabku tenang
“Neng tahu kan? Berapa jumlah korban yang sudah kena tertular virus corona. “Sudah banyak yang meninggal dan terus bertambah.
“Sekarang mandi, makan, setelah itu belajar ya, sayang. “Kataku seraya mencium keningnya.
Hanya itu yang mampu kujawab untuk menenangkan hatinya.

_Rindumu, Arin. Adalah rinduku, adalah kerinduan dari semua_

*Bersabar dan berdoalah*

Bani Adam 18 : 28.03.20
#tantangan ke-3
#tantangan 14 hari KGPBR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *