Rangka Si Putih
Oleh : Martini (Anggota KGPBR, Guru SMKN 1 Cikarang Utara)
Si Putih adalah netbookku berwarna putih. Netbook kesayanganku karena dari S1 selalu menemani hingga aku lulus S2. Awal kerusakannya saat aku jadi penggiat dikegiatan LKS Jawa Barat. “Mar pinjem casan leptopnya dong!” Ucap pak Deni. “Boleh pak. Tapi apakah sama?” Ucapku. Kemudian aku pun meminjamkannya akan tetapi ternyata tidak sesuai cargeranku dengan leptop pak Deni. Secara aku netbook pak Deni punya leptop. Saat itu, aku sedikit khawatir dengan kondisi cargeranku setelah dipakai oleh pak Deni. Benar saja ketika aku coba kembali untuk mengecarge netbook putihku gak mau nyala. Dalam hatiku panik aku bingung harus bagaimana saat itu. Hingga pada akhirnya si putih pun aku istirahatkan dan tergantikan oleh leptop yang dibeli oleh suamiku.
“Nih. Pakai ini aja,” Ucap suamiku sambil memberikan leptop bermerek sama kepadaku.
“Gak beli kabelnya aja. Kayaknya netbookku butuh cargeran baru,” Ucapku sambil memperlihatkan cargeran si putih. Karena betapa sayangnya aku sama netbook putih mungil itu.
“Gampang,” Ucap suamiku sambil membawa handuk lalu bergegas ke kamar mandi.
Aku terdiam kala itu. Karena berbagai tugasku tersimpan di netbook putih itu. Dia simple buat ku dan enteng ketika bepergian. Esok harinya aku bergegas dengan leptop hitam pemberian suamiku berat tetapi mau bagaimana lagi hanya itu satu satunya sebagai penggantinya. Aku mengerjakan berbagai tugas di leptop yang baru. Sesampai di rumah, aku pun penasaran apa yang salah pada netbookku. Aku ulur kabelnya dan nyala lalu aku mencari titik di mana alirannya terputus dan ku ikat dengan karet. Keesokan harinya aku bergegas dengan netbook putih dengan riang gembira. Sesampai di sekolah, temanku merasa aneh terhadapku.
“Maaf nih, Lo kan ngajar dimana-mana dosen pula. Tapi netbook aja Lo karetin kalah nasi padang haha,” Ucap Amoy sahabatku. Aku pun ikut tertawa geli tak memendam kebencian sedikit pun karna kami memang sering kali bercanda.
“Janganlah. Ini netbook kesayangan Aku,” Meyakinkan sahabatku dan teman lainnya di ruang kerja.
Namun tiba-tiba gak mau ngecarge lagi aku pun panik. Karena si putih harus selalu ngecarge jika tidak akan mati. Batu cargenya sudah rusak, bayangkan dari 2008 hingga 2019. Akhirnya si putih bisa ku gunakan kembali betapa senangnya saat itu. Kegiatan demi kegiatan pun berlalu. Tibalah pada saat aku menjadi seorang penulis dan editor dadakan untuk karya mahasiswaku. Aku bersemedi (bahasaku) di ruang bengkel bersama anak-anak yang sudah ku tugaskan untuk membuat cover. Namanya Rudi ia sangat pandai mendesain. Di bengkel itu kami bekerja hingga jam lima sore. Tiba-tiba si Putih tidak mau nyala. Aku restart namun tak menemukan tanda-tanda kehidupan. Si putih kini tiada, aku hanya membawa sebuah hardisk si putih. kini rangka si putih sudah bertengger di bengkel tempatku berkarya. Si putih tak bisa ku ajak berkarya lagi. bahkan tak bisa temani kala ku lanjut studi kembali.