Oleh : Muhammad Zaini El Wahyu (Mahasiswa S2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Karya Lestari Dengan Literasi
“Jejak Mualaf Literasi : Buku yang Melejitkan Sadar Berliterasi”
Penulis : Wahyudin
ISBN : 978-623-248-081-0
Editor : Siti Mugi Rahayu
Penerbit : CV. Pustaka Media Guru Surabaya
Cetakan : Pertama, Oktober 2019
Tebal :142 hlm
Kekuatan manusia yang tidak dimiliki makhluk lain adalah akal. Dengan akal, manusia berkesempatan untuk memanifestasikan seluruh hasrat pikiran dengan mengukir makna yang tajam. Setiap ukiran makna pasti memiliki maksud terpendam. Itulah, manfaat dari akal sebagai alat berspekulasi akan suatu makna.
Pemanfaatan akal akan sangat persuasif jika digunakan untuk mengejewantahkan hasil kontemplasi berupa goresan tulisan. Buku “Jejak Mualaf Literasi” karya Wahyudin adalah salah satu aksiologi dari proses renungan yang diukir menjadi karya tulis yang autentik. Penulis memberikan khazanah ‘rasa sayang dan cinta’ dalam setiap “true story “yang dikemas menjadi tulisan bermakna .Penulis pun dengan tulus menceritakan proses berjalan mencari jati diri dalam nuansa literasi. Dari ketulusan tersebut, saya sebagai peresensi dapat merasakan langsung bagaimana proses berjalannya penulis memberikan hal persuasif melalui literasi.
Setiap aliran pengalaman, selalu ada momentumnya, dari pembelajaran di dunia pendidikan, saat sebagai peserta pelatihan, sebagai Nara Sumber, pengabdian pada masyarakat, juga sebagai sosok Ayah semuanya dituliskan dengan mengikat makna.
Lebih detail, negara kita sedang mendapat bonus demografi. Yang dibutuhkan untuk menghadapi bonus tersebut adalah investasi manusia (human investment). Menyajikan literasi sebuah solusi paling solid untuk menciptakan human investment sehingga terbentuknya masyarakat cerdas (cognitive capital) yang universal. Buku ini sangat cerdas menyajikan stimulus pembaca untuk semangat berliterasi. Setiap jejak langkah kehidupan, ternyata memiliki nuansa tersendiri untuk mengambil manfaat secara metakognitif.
Buku ini membuka mindset, bahwa literasi ternyata sangat penting untuk membuka wawasan baru dalam upaya mengungkap koridor peradaban umat manusia. Terlebih mempersiapkan generasi di Era Emas 2045 yang ditandai dengan paradigma secara kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Penulis meyakini “Sebuah karya akan lestari dengan literasi”. Selamat menikmati hidangan bermakna melalui buku “Jejak Mualaf Literasi”.
Mari tancapkan kontribusi dengan berliterasi tiada henti.
Bandung, 13 November 2019.