Hai Masalah

Oleh : Widiharti

Setiap kelas yang diajar itu memiliki suasana belajar yang berbeda, dikarenakan keunikan dari masing-masing siswa yang beragam. Tahun pelajaran ini 2018-2019, salah satu kelas yang saya ajar, dalam seminggu bertatap muka sekali, 4 jam pelajaran (11.00-11.45 jeda istirahat 15 menit, kemudian dilanjut 12.15-14.30). ketika pembahasan persiapan soal-soal Ujian Nasional baru menyelesaikan 2 soal, siswa mulai mengeluh capek, lelah, dan meminta belajar matematika dicukupkan. Tapi, saya sampaikan bahwa “masih banyak waktu untuk pelajaran matematika, gimana donk?” saya pun merajuk sambil berfikir bagaimana caranya menstimulus siswa untuk tetap belajar. Tiba-tiba entah ide dari mana, saya pun mengajak siswa mengobrol santai sambil meminta perhatian mereka terhadap topik yang kami perbincangkan.
guru: perempuan itu ibarat soal matematika siswa: maksudnya gimana bu,,, guru: kalo soalnya terlalu mudah, terkadang kalian menyepelehkan.

Perempuan jika mudah di dapatkan biasanya disepelehkan. siswa cowo: iya bu bener bu!! siswa: huuhuu,, dia cowo sendiri sih bu disini (di kelas ini, siswa cowo 1 dan cewe 29) siswa cowo: tapi itu bener,, saya setuju bu! guru: kalo tingkatan soal dinaikkan menjadi sedang, meski sulit tapi kalian tertantang untuk mengerjakannya. Perempuan yang memiliki daya tarik tersendiri dan tidak mudah didapatkan, membuat lelaki menjadi penasaran dan tertantang untuk memilikinya. siswa: oooo,,, iya ya bu,, terus bu,, guru: kalo tingkatannya dinaikkan lagi menjadi sulit, bahkan terlalu rumit untuk kalian, biasanya belum selesai kalian kerjakan sudah menyerah dan bilang “ibu susah bu soalnya, nyerah lah.” Perempuan yang terlalu sulit diraih entah karena karakter atau posisinya terlalu tinggi, bagi lelaki biasa akan memilih mundur dan mencari perempuan lain yang sekiranya sesuai dengan kemampuan dirinya dalam berjuang mendapatkan pasangan. siswa: jadi, kita pilih yang sedang-sedang ajah ya bu,, jangan terlalu mudah dan jangan terlalu sulit juga,, iya kan bu?? guru: (tersenyum) kita lanjut belajar lagi ya,,
siswa: yaahh,, ibu lanjut ngobrol aja sih bu,, belajar matematikanya udah dulu bu,, kita belajar curhat ajah bu,,,
guru: curhat?? Lah,, ini kan pelajaran matematika?
Siswa: kan yang penting kita belajar bu, belajar menyelesaikan masalah bu,, masalah kehidupan.
Guru: bisa aja kamu! Ya udah ibu mengalah deh,, kita mau bahas masalah apa nih?
Siswa: horeee,,,, gini bu masalahnya “…”
Sesampainya dirumah, saya merenung sejenak obrolan yang terjadi dengan siswa di kelas barusan. “Masalah” Ibarat jerawat batu yang muncul di wajah. Rasanya sakit, senut-senut, namun ngangenin alias bikin rindu. Iyakah?? Iya lah, rindu, rindu dengan rasanya. Sebagian orang mungkin memilih untuk segera mengobati dan menghilangkan jerawat di wajahnya, sebagian lagi mungkin berusaha menutupi jerawat dan yang lainnya mungkin membiarkan saja jerawat tumbuh di wajahnya. Sama halnya dengan hadirnya masalah. Sebagian orang bisa jadi mencari solusi penyelesaian masalah yang terjadi, sebagian lagi berusaha sekuat hati menyembunyikan permasalahannya kepada orang lain, dan ada juga beberapa orang yang biasa saja dengan masalah dan membiarkan masalah berlalu dengan sendirinya.

Ketika jerawat tumbuh, tanpa kita sadari selalu melihat cermin dan mengelus-elus jerawat dengan harapan jerawat kempes dan hilang. Wajah pun tampak cantik tanpa adanya jerawat. Namun, tanpa kita sadari, sebetulnya tumbuhnya jerawat untuk kebaikan kita pula. Jerawat tumbuh karena adanya perubahan hormon yang terjadi pada tubuh. Dan saat jerawat hilang, terkadang rindu dengan rasa senut-senutnya namun tak ingin merasakannya lagi, hehe.

Kita tak bisa menolak hadirnya jerawat dalam wajah kita, karena ia hadir secara alami. Begitupun dengan hadirnya masalah. Kita tak bisa menolaknya, karena ia hadir untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan kita. Solusinya tiap orang pasti berbeda. Misal, Anda sakit kepala, mungkin bisa teratasi dengan meminum obat, tapi yang lain cukup dengan dioleskan dengan minyak kayu putih atau balsem , ada pula yang cukup dengan istirahat saja maka hilanglah sakit di kepala Anda. Begitu pun dengan masalah, solusinya hanya Anda yang tau mana yang cocok dengan diri Anda.

Jadi, ketika ada masalah, sapalah “Hai Masalah” karena kehadirannya menunjukkan kualitas Anda sebagai manusia.

Biografi Penulis
Widiharti, S.Pd. lahir pada 20 September 1986 di Indramayu, Jawa Barat. Pendidikan formalnya diselesaikan di SD Negeri Paoman V (1998), SLTP Negeri 1 Indramayu (2001), SMK Negeri 1 Indramayu (2004), kemudian melanjutkan ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Wiralodra, Indramayu. Kegemarannya menulis mulai tumbuh sejak masih duduk di bangku SMP dan pernah diterbitkan di koran daerah Indramayu Mulih Harja, sebuah cerpen pada kolom Karya Pelajar. Penulis juga telah membuat buku “Matematika Teknologi dan Rekayasa” yang diterbitkan oleh Penerbit Azkiya Publishing, tahun 2019. Bagi pembaca yang ingin bersilaturahim, bisa berkunjung ke blog https://myblogwidiharti.wordpress.com/ atau email ke widiharti.abdullah@gmail.com .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *