TETAP SAJA PENDATANG
Neng Ceha
“Teteh kenapa ?”, tanyaku dengan nafas tersengal-sengal, setelah berlari kencang melarikan diri dari amukan abah, dan aku pun duduk disampingnya.
“Abah sabet teteh dengan tasbih…”, Jawabnya sesenggukan sambil menahan tangis. Kulihat wajahnya sangat pucat dan ketakutan.
“Mirna juga teh tadi dikejar-kejar sama Abah sambil dilempari batu, tapi ga ada yang kena ke Mirna batunya”, ucapku menceritakan tentang pengalamanku yang mengerikan. Untungnya tiada satu pun batu yang mengenaiku. Tak terbayangkan bagaimana jika batu-batu sebesar kepalan anak dewasa mengenai kepalaku. Duh, bisa-bisa bocor.
“Abah jahat…”, Ucap teh Mayang penuh dendam.
###
“Duarrr…”, Suara ledakan menggelegar. Sumber suara dari kolong dipan yang kutiduri.
“Emaaak… Kok di kolong dipan Mirna banyak asap ?”, tanyaku heran. Karena tidak seperti biasanya, ada asap sebanyak itu. Aku pun tidak dapat melihat lantai karena saking banyaknya asap. Meski setiap malam emak memasang obat nyamuk, namun asapnya tidak pernah mengepul seperti itu. Sungguh mengherankan.
“Itu bola api Mirna”, jawab abangku Hafidz. Katanya itu bola api yang terbang dari langit kemudian masuk ke dalam rumah. Aku hanya manggut-manggut mencoba memahami apa maksud dari bola api dan aku hanya mereka-reka bahwa bola api adalah bola sepak yang terbakar api. Tanpa tahu bahwa maksdnya adalah santet yang dikirimkan orang jahat kepada Abah.
###
“Gua bakalan mampusin laki lu”, ucap sosok wanita berbadan kurus kepada emak.
“Coba aja ! Saya bakal usaha sekuat tenaga buat kesembuhan laki saya. Bagaimana pun caranya !!!” ucap emak dengan nada tegas.
Sungguh miris wilayah yang kutinggali kini. Abah dan emak yang merupakan pendatang, ternyata dizolimi oleh tetangga sendiri. Rumah kami hanya dibatasi dengan satu rumah yang merupakan saudaranya.
Awalnya, kami tidak paham mengapa begitu sengitnya mereka membenci kami. Sehingga sampai hati berbuat dzolim kepada kami sebagai pendatang. Padahal rezeki sudah Allah atur untuk tiap-tiap makhluk yang Allah ciptakan di bumi ini. Untuk apa mereka berbuat nista ?
Rupanya segalanya berawal dari persaingan ekonomi. Abah dan emak sangat menjadi sorotan masyarakat sekitar. Secara finansial Abah dan emak termasuk orang yang berduit, karena jualannya laris manis. Tokonya lumayan terkenal. Jika ada orang yang mencari alamat rumah kami, maka tak sedikit orang yang tahu lokasi toko kami. Dari mulai tukang ojek sampe supir angkot mereka tahu semua.
Persaingan ekonomi terkadang menggoyahkan iman. Ketika seseorang melihat betapa ramainya toko kami betapa dengkinya ia. Sehingga mampu mengambil langkah salah.
###
“Uhuk uhuk”,….
Bersambung
Tantangan menulis KPPBR ke-10
Like!! I blog quite often and I genuinely thank you for your information. The article has truly peaked my interest.
These are actually great ideas in concerning blogging.
Thanks for fantastic info I was looking for this info for my mission.