Virus Corona : Antara Sains dan Literasi Spiritual

*Virus Corona : Antara Sains dan Literasi Spiritual*

Oleh : Wahyudin, NS.
Anggota KGPBR

Virus corona mewabah kepada 150 an negara di dunia, berdasarkan informasi valid tertanggal 21 Maret 2020. Sehingga WHO menetapkan pandemi, corona sebagai virus menular dengan cara massiv. Menurut KBBI pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Berat memang mengantisipasinya untuk memutus rantai penularannya. Tetapi ikhtiar dan doa wajib diupayakan.

Saat saya mengikuti pembinaan pada Rapat Koordinasi di Kantor Kemenag Kab. Bekasi oleh Dinas Kesehatan Pemda Bekasikab pada tanggal 17 Maret 2020 banyak ilmu yang didapat. Dalam konteks sains secara ilmiah setiap saat pasti kehidupan kita bersentuhan dengan virus. Tinggal kita memelihara kesehatan jangan sampai virus itu menular pada tubuh kita sehingga anti body melemah akhirnya jatuh sakit. Diantara upayanya dengan memelihara kesehatan; sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer, makan dan minum yang menyehatkan, berolah raga dan tidur teratur serta stretegi lain dalam upaya memutus rantai penularannya. Karena berdasarkan riset, corona ini ditularkan sangat dominan melalui sentuhan langsung dan benda yang menempel. Itulah secuil sains yang saya tsngkap hingga artikel ini diukir.

Apapun kondisinya kita wajib berusaha menghindari virus corona. Mencegah lebih baik mengobati. Negara China tepatnya di Wuhan adalah awal terjangkitnya visus corona. Dengan secara total pemerintah China mencegah dan mengobati terutama dengan social distancing, menjaga jarak pergaulan dengan tidak mendatangi tempat keramaian. Inilah upaya maksimal agar virus dapat tercegah.

Sangat menarik pada Jumat, 20 Maret 2020 di mana pemerintah sudah menetapkan melalui surat edaran MUI bahwa shalat Jumat bisa diganti dengan shalat Zuhur bagi daerah yang terjangkit atau disebut zona merah. Konteks daerah saya belum ada info tentang zona merah. Akhirnya tetap menyelenggarakan shalat Jumat di masjid Al Azhar Cikarang Baru.

Pelaksanaan shalat Jumat kali ini paling istimewa. Di tengah pro- kontra pendapat yang keduanya benar. Satu sisi menghindari bahaya kehidupan dengan “hifzunnafs” memelihara jiwa bagi daerah yang jelas terjangkit dan sisi lain bagi daerah yang belum terjangkit wabah tetap dilanjutkan shalat Jumatnya. Tentu dengan syarat yang ketat. Yang boleh datang ke masjid bagi yang sehat, diawali mencuci tangan dan menerapkan _social distancing_ saat shalat berjamaah. Sebelumnya sekitar masjid disemprot dengan _disinfektan_. Khotib dan imam membatasi waktu presentasi khutbahnya dan membaca surat pendek. Bersyukur shalat Jumat berlangsung tertib. Saya menyampaikan khutbah saat ini, dengan menyebut shalat Jumat kali ini Jumat perjuangan. Subhanallah. Allah SWT menguatkan spiritualitas kita di tengah mewabahnya virus corona di dunia global.

Dalam konteks literasi spiritual, kita tetap tenang dengan adanya _coronavirus_ ini kita selalu husnuzon kepada Allah SWT dan yakinlah ini sebagai ujian keimanan bagi insan yang taat kepadaNya. Minimal ada beberapa catatan penting dalam konteks spiritual :

Pertama, merebaknya Covid-19 ini sebagai tanda kasih sayang Allah SWT. Kian berkualitas iman seseorang ujiannya semakin kompleks. Sebagai bukti Allah sayang kepada hambaNya. Di sinilah terpancar sifat Rahman dan Rahimnya Allah SWT. Dalam konteks historis, para Nabi dan Rasul pun selalu dihimpit tantangan dalam hidupnya. Kendala dan rintangan terus menghadang, tetapi pada klimaksnya menikmati hidup dengan manisnya iman. Allah SWT mengingatkan : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.(QS. Al- Insyiroh [94]: 6-7).

Kedua, mewabahnya virus corona sebagai ujian kesabaran bagi insan beriman. Kesabaran kunci kesuksesan dalam hidup ini. Tidak ada kata “Saya sudah hilang kesabaran”. Berarti orang ini sudah tidak sabar. Allah SWT menegaskan bahwa kriteria hamba yang taat selalu sabar menghadapi hidup ini. Pesan Allah SWT dalam Al-Qur’an : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS. Al Baqarah [2]: 155).

Ketiga, sebagai media introsfeksi diri. Keberadaan virus corona menginspirasi kit a kembali pada hati nurani. Bahwa manusia pada esensinya selalu berorientasi pada kebenaran. Mengharapkan kebaikan setiap saat. Corona mengedukasi kita untuk memelihara kebersihan lahir batin, menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sehingga nilai-nilai Islam membumi di negeri mayoritas muslim ini.

Semoga saja, kita mampu menangkap hikmah terdalam dengan memahami virus corona antara sains dan spiritual dengan harapan Allah SWT mengembalikan dunia ini steril dari corona. Sehingga ibadah dan tatanan kehidupan kembali normal dan stabil. Amin.

Kalenderwak, 28 Maret 2020 / 03 Sya’ban 1441 H. Work From Home.
#tantangan ke 2
#tantangan 14 hari KGPBR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *