TETAP SAJA PENDATANG
#Part11
Neng Ceha
“Jadi ibu mau menyerahkan saja, atau membalas juga ?”, tanya seseorang yang berbaju daster putih dan berkopiah hitam. Aku tidak paham siapa orang itu, dan sepertinya dia adalah orang sakti.
“Menyembuhkan saja menurut saya sudah cukup. Lagi pula buat apa membalas, biar Allah saja yang membalas”, ucap emak dengan nada tegasnya.
“Kalau begitu kalian boleh pulang. Perbanyak amalan puasa sunnah Senin dan Kamis dan pekarangan rumah harus dibersihkan sebelum adzan Maghrib. Usahakan berkunjung ke tempat ini setiap kali Malam Jum’at Kliwon”, katanya sambil memberikan beberapa syarat, dan kami pun pamit pulang.
“Neng, jangan bilang ke siapa-siapa ya kalau kita ke tempat ini”, pesan emak kepadaku untuk merahasiakannya dengan suara lembut dan penuh harap, dan aku pun mengiyakannya.
Perjalanan pulang kami tidak sejauh keberangkatan kami menuju ke lokasi Mah Tamba. Mungkin perasaanku saja, karena tak terasa tiba-tiba aku sudah kembali lagi ke rumah. Sepertinya aku terlalu banyak tidur di mobil. Hehehe.
###
“Orang jahat amat ya, sampai-sampai kotoran manusia di lempar ke pekarangan rumah kita.”, emak dengan hati penuh kecewa juga kesal langsung membersihkan kotoran yang dibungkus dengan plastik tersebut ke dalam tumpukan sampah dan membakarnya. Setiap hari emak menemukan kotoran manusia tersebut.
###
“Teh Mayang, kata emak besok kita puasa ya hari Senin”, kataku sambil mengajak puasa.
“Iya”, jawabnya.
“Emang kenapa ya kita harus puasa teh ?”, Tanyaku penasaran. Padahal aku yang ikut emak dan Abah ke mah Tamba. Oh, mungkin karena aku masih kecil sehingga belum juga paham maksudnya.
“Iya, supaya kita gak dijahatin sama orang. Udah yuk cepet nyapunya, keburu maghrib !”, jawabnya singkat dan padat dan kami pun meneruskan menyapu halaman.
###
“Ahmad, Usman, Hafidz…. Kemari bantu emak… !”, Emak memanggil anak-anak bujangnya.
“Ada apa Mak ?”, Tanya Abang Usman yang mendekat lebih dulu dari ke dua saudaranya.
“Ini disuruh di tanam di sudut-sudut halaman, emak mau naburin bunga ini dan air do’a ke kolam mandi. Kerjakan sekarang ya…!!!”, Ucap emak menjelaskan. Abang Usman pun langsung sigap mengajak yang lainnya dan seperti biasa aku mengikuti dari belakang.
“Kalau ada orang lain melihat, gimana ya… ? Mereka curiga ga ya… ?
Bersambung….
Tantangan menulis KPPBR ke-23