*Menjadi Guru Lintas Jenjang Selama 14 Hari*
Wabah virus corona (covid 19) yang sudah menjadi pandemi global, seperti mimpi buruk saja bagi kita semua umat manusia tak terkecuali juga mengancam negara kita Indonesia. Tak harus panik tetapi wajib untuk waspada dengan mengetahui gejala awal infeksi dan cara pencegahan penyebaran virus corona (covid 19) tersebut.
Karena situasi darurat virus corona (covid 19) inilah belajar disekolah dipindahtempatkan dirumah. Dimulai senin tanggal 16 maret tugas saya sebagai guru tingkat SMA bertambah menjadi guru lintas jenjang yaitu TK dan SD, dikarenakan mengikuti anjuran pemerintah tentang himbauan meliburkan sekolah untuk sementara waktu mengganti metode pembelajaran tatap muka dengan metode pembelajaran daring. Siap tidak siap selaku orang tua bagi buah hati dituntut bisa mendampingi dalam proses pembelajaran daring ini. Sebelum memulai proses pembelajaran nya terlebih dahulu saya harus mengetahui hal – hal yang mempengaruhi proses pembelajaran anak seusia TK maupun SD karena anak pertama SD kelas 2 dan anak yang kedua TK B. Kiat – kiat yang mempengaruhi proses pembelajaran itu seperti aspek gaya belajarnya apakah termasuk visual, auditori atau kinestetik dan tak lupa kita harus menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif supaya anak – anak kita nantinya belajar menjadi mudah dan menyenangkan, sehingga tidak berkesan memaksa. Berbicara menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ini sedikit merepotkan mungkin karena dipengaruhi oleh beberapa faktor juga yang pertama dua – duanya memiliki gaya belajar yang berbeda yang satu lebih visual yang satu lagi visual_kinestetik jadi tidak bisa satu komando. Anak saya yang gaya belajarnya lebih ke visual harus disajikan dengan lebih banyak perantara medium gambar, perintah dengan tulisan yang unik dan dalam bentuk video. Sedangkan anak saya tang tipe belajarnya visual_kinestetik lebih agresif lagi kita sebagai guru dirumah pengganti sementara yaitu dengan memberi arahan dengan lebih banyak gerakan. Ditambah punya anak ketiga yang aktif juga kadang bisa mengaduk – aduk mood kakak nya yang sudah siap mengerjakan tugas daring dari gurunya. Bukan hanya itu karena anak – anak sekolah di yayasan Islam Terpadu jadi banyak mata pelajaran yang tidak dipelajari di SD negeri. Kami selaku orang tua sebagai guru penggantinya dirumah harus bisa menjadi guru dengan berbagai disiplin ilmu, kadang jadi guru kelas yang minimal harus menguasai disiplin ilmu Bahasa Indonesia, Seni Budaya, Pkn, fiqh, dll. Tetapi juga harus menjadi guru mata pelajaran lain seperti bahasa Inggris, Bahasa Arab dan PJOK. Disamping itu juga menjadi ustazd tahfid dan murojaah.
Baru beberapa hari lelah dan jenuh melanda, seorang ibu memang dituntut serba bisa walaupun dengan penambahan aktivitas serba darurat ini, mengatur rumah, memasak ,tampil cantik dan wangi didepan suami tak boleh dilupakan serta memastikan semua anggota keluarganya menerapkan perilaku hidup sehat.
Tetapi dibalik semua ini pasti banyak hikmah yang tersirat misalnya ketika para orang tua khususnya seorang ibu pekerja disibukkan dengan berbagai macam tuntutan dalam pekerjaannya, maka seakan – akan ‘memaksa’ kembali ke fitrahnya sebagai seorang ibu yang harus banyak waktu untuk mendidik dan mendampingi anak – anaknya dan yang mengagetkan kita untuk lebih banyak bersyukur adalah dengan pengakuan ahli – ahli didunia yang mengatakan bahwa wanita – wanita muslim yang berhijab adalah yang paling aman dalam penularan virus corona (covid 19) ini.
Semua yang terjadi adalah skenario dari sang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak hanya saja apakah kita semua bisa melewatinya dengan sabar atau hanya pasrah tanpa tindakan. Semoga ujian ini cepat berakhir dan kita semua selalu dalam lindungan_Nya. Aamiin ya mujibas sailin.
*Yenni Fitria,19032020*
Pemula yang ingin melahirkan karya🤲