WISATA BUDAYA DARMA WANITA PERSATUAN KABUPATEN BEKASI KE DAERAH YOGYAKARTA
Oleh : Yayah Dzarotun N,S.Pd, M.Pd ( Kepala SMPN Satu Atap Cibitung )
Tambun city menjadi titik kumpul pemberangkatan ibu-ibu darma wanita persatuan kabupaten Bekasi dalam rangka mengikuti kegiatan rapat kerja sekaligus wisata budaya ke daerah Jogyakarta. Kegiatan wisata budaya ini diikuti oleh ibu-ibu kepala sekolah SD dan SMP, istri kepala sekolah SD dan SMP dan para ibu guru SD dan SMP kabupaten Bekasi. Kegiatan ini diketuai oleh ibu Hj.Siti Rokayah,M.Pd. Belaiu adalah kepala SMPN 8 Cibitung. Wisata budaya tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 7 sampai dengan 10 November 2019.
Jumat, 08 November 2019. Ini adalah run down hari pertama kam yakni berkunjung ke gunung merapi, diobyek ini kami diajak berkunjung ke museum sisa-sisa erupsi gunung merapi pada tahun 2010. Untuk tiba disana kami menaiki jeep khusus dengan beraneka warna helm dan masker. “ Amboi cantiknya kita, mirip serdadu zaman perang,” celetuk salah seorang ibu peserta darma wanita dengan penuh kegembiraan. Perjalanan dari lokasi pemberangkatan jeep memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Akhirnya tibalah rombongan jeep yang kami tumpangi di museum. Kamipun mengabadikan tempat bersejarah ini dengan aksi foto bersama, cepret sana ,cepret sini dan berselfi ria. Terdengar suara pemandu wisata memanggil semua peserta DWP untuk memasuki museum letusan gunung merapi. Dengan penuh rasa penasaran kamipun memasuki sebuah rumah kosong yang bertuliskan “Semua harta milik kami habis”. Ada apakah didalamnya?. Perlahan kamipun bergegas masuk ke dalam rumah tersebut. Masih banyak sisa-sisa abu letusan gunung merapi di sekeliling rumah tersebut. “Wah, tempatnya sangat mencekam sekali,banyak bangkai barang-barang penduduk yang rusak karena terbakar , baju Mbak Marjan yang masih tergantung di dinding hitam berdebu, dan sejumlah foto-foto pada saat erupsi, foto semburan lava pijar, foto para korban yang meninggal dunia dan foto desa sebelum dan sesudah erupsi terjadi. Sungguh tragis dan menyedihkan melihat kondisi manusia,harta dan alam yang rusak. Benar-benar sebuah fenomena alam yang patut dijadikan pelajaran untuk semua mahluk dimuka bumi ini.” Semuanya milik-Nya maka akan kembali kepada-Nya. Allahu Akbar”, bisik kami dengan penuh kesedihan.
Sudah satu jam kami berada di museum ini, kamipun melanjutkan kunjungan ke lokasi Batu Alien (batu besar mirip wajah manusia). “ Wah keren, vieunya sangat bagus sekali, lihat itu gunung merapinya nampak jelas sekali dan disana juga nampak batu besar sekali yang mirip wajah manusia,” teriak kami sambil berdiri diatas jeep. Nampak ibu-ibu dengan asyik berselfi ria di atas bongkahan batu-batu besar dan ada juga yang hanya duduk – duduk diwarung-warung kecil sambil menikmati segelas minuman dingin. Cuaca dilokasi ini sangat panas sekali dicampur dengan kumpulan debu yang mengganggu pernafasan. Akhirnya pihak travelpun menyuruh peserta DWP untuk naik ke jeep dan melanjutkan kunjungan ke lokasi wisata berikutnya.
“Ayo ibu-ibu kita lanjutkan perjalanan berikutnya yakni wahana air,dijamin ibu-ibu akan berteriak histeris, penasaran tidak bu?, tanya pak supir jeep yang membawa rombongan kami. Nampak rombongan jeeppun mulai konvoi menuju lokasi wahana air. Sepuluh menit perjalanan tibalah kami dilokasi yang maksud. Byuur….Semua jeep menceburkan diri ke dalam sungai dangkal penuh bebatuan. Para supir sengaja mengajak ibu-ibu untuk merasakan aksi balapan di atas sungai penuh bebatuan “ Awas mas! , hati-hati nanti jeepnya terbalik. “Allahu Akbar, ya Allah , hati – hati mas , awas ada mobil disamping kita!’ Byurr…Air menyemprot kami yang ada di dalam jeep . “ Ya basah deh baju saya Mas,” teriakku keras sambil mengusap air yang menempel di wajah. Pak supir hanya tersenyum melihat wajah-wajah pucat kami. Hari ini kami mendapat pengalaman yang sangat seru dan menegangkan.Matahari sudah semakin panas menguliti tubuh kami. Jeeppun melaju dengan cepat mengantarkan kami ke lokasi pemberangkatan pertama.
Waktu sudah menunjukkan jam 11.30 WIB kamipun melanjutkan perjalanan menuju Warung Kopi Klotok. Untuk mendapatkan makan siang disini kami harus melewati antri panjang. Akhirnya kamipun mendapat giliran untuk menikmati makan siang dengan menu yang sudah disediakan. Rasa lapar yang tak tertahan membuat kami bernafsu untuk segera menyantap makanan khas kota Jogyakarta. Sepiring nasi, ditambah telur dadar, sayur gudeg dan tempe bacem sudah terkumpul dalam satu wadah. Mengingat didalam Warung Kopi Klotok penuh dengan pengunjung kamipun makan diluar ruangan tepatnya di taman samping RM. Di awali dengan doa sebelum makan,kamipun mulai mencicipi makanan tersebut. “Hmm…semuanya terasa manis,” komentar salah seorang ibu DWP sambil menyantap makanannya.
Hampir satu setengah jam kami berada di Warung Kopi Klotok, pukul 14.00 WIB rombongan berangkat menuju wisata batik yakni berkunjung ke Omah Oblong. Sebuah tempat produksi pembuatan kaos asli Jogya. Di sana kami melihat bagaimana proses pembuatan kaos dari mulai pemotongan bahan,penyablonan , menjahit bahan kaos dan yang terakhir adalah hasil kaos yang siap dibeli oleh konsumen. Harganya cukup bervariasi tergantung dari bahan dan sablonan. Kami bersemangat untuk memilih kaos sebagai oleh-oleh pulang ke Bekasi.” Lumayan, seratus ribu bisa dapat dua kaos,”bisikku dalam hati. Puas tidak puas berada di rumah Oblong, pihak travel memanggil kami untuk naik ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yakni ke Tebing Breksi.
Menjelang magrib, tibalah kami di lokasi. Pemandangan tebing Breksi menjelang magrib ini sungguh cantik sekali. Untuk menghilangkan rasa penasaran dengan vieu yang bagus ini, kamipun rela membayar tiga ratus ribu untuk menyewa jeep menuju ke atas tebing di atas sana. “ Betapa indah pemandangan diatas tebing ini, udaranya begitu sejuk dan kita bisa melihat potret kota Jogya secara utuh. Allahu Akbar, sungguh besar ciptaan-Mu Ya Robbi”, teriak ibu-ibu cantik sambil tak henti-hentinya berfoto di bibir tebing. Suara adzan terdengar jelas dari atas tebing ini,kamipun mengakhiri kunjungan ini. Selesai melaksanakan sholat magrib, bus yang membawa rombongan melaju cepat menuju ke sebuah penginapan untuk beristirahat. Tepat jam 20.00 WIB kamipun tiba di Atritium Premiere hotel Jogya . Malam itu kami istirahat dengan tenang dan nyaman demi menghilangkan kelelahan . “Terima kasih ya Allah atas kesehatan,keselamatan dan kebahagiaan yang engkau berikan kepada kami diperjalanan hari pertama ini.”
Jogyakarta, sabtu, 09 November 2019. Rangkaian kegiatan pagi telah kami selesaikan. Pukul 07.30 WIB rombongan sudah siap meluncur menuju Pantai Indrayanti. Perjalanan yang ditempuh memakan waktu kurang lebih dua jam. Pemandangan alam yang sangat indah nampak menemani perjalanan kami. Tawa, canda dan lantunan suara merdu ibu-ibu DWP menggema di dalam bus. Tepat pukul 10.00 tibalah kami di Pantai Indrayanti. Deburan ombak ditengah terik matahari menjadi pemandangan tersendiri di lokasi ini. “ Ayo ibu-ibu,kita nikmati pemandangan pantai ini’,ibu-ibu bisa duduk-duduk dipinggir pantai sambil minum air kelapa atau minuman lainnya, yang mau foto-foto juga bisa karena vieunya sangat bagus,” suara ibu ketua panitia rombongan kepada para peserta DWP. Kamipun turun dari bus untuk menikmati suasana pantai indrayanti. Disisi pantai banyak berdiri warung-warung yang menjajakan makanan khas laut dan di sisi kiri warung tersebut berdiri bangunan bertuliskan TOILET. Ternyata toliet ini menjadi tempat terpopuler yang banyak diminati para pengunjung. Barisan anak-anak dan orang dewasa antri untuk membilas badannya setelah berendam di air laut. Situasi dipantai Indrayanti sangat ramai sekali, banyak sekali pengunjung yang datang ke lokasi ini. Kantung-kantung parkir penuh dengan bus-bus yang datang dari dalam dan luar kota Jogyakarta.
Kami mencari tempat berteduh persis dipinggir pantai. Kami pilih satu saung yang sudah disediakan oleh masyarakat setempat dengan membayar dua puluh lima ribu rupiah. “ Huu….panas sekali, kita foto di atas batu besar itu yuk…!’, ajak salah seorang peserta DWP. Cuaca panas bukan penghalang bagi kami untuk menikmati suasana pantai ini. Bagi yang malas bermain air,mereka hanya duduk-duduk diwarung sekitar sambil menikmati ikan bakar dan air kelapa bulat.
Tak terasa dua jam berada di pantai ini, Jam 14.00 WIB kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Puncak Becici. Suasana jalan yang padat merayap karena ramainya para pengunjung menyebabkan kami harus menikmati kemacetan selama tujuh jam. “Ibu-ibu mengingat waktu yang tidak memungkinkan lagi dan melihat kondisi jalan yang macet total maka kami selaku pihak travel memutuskan untuk kunjungan ke lokasi pantai Becici dibatalkan,karena sesuai dengan run down yang telah disusun nanti malam akan ada acara raker , mohon maaf ya ibu-ibu’, pinta salah seorang pihak travel di dalam bus. “Baik mbak,”jawab ibu-ibu DWP. Bus terus bergerak perlahan menuju hotel dan baru tiba di hotel pukul 11.00 WIB. Tanpa ada waktu untuk istirahat,ketua panitiapun mengajak para peserta untuk duduk sejenak untuk mengikuti acara raker sambil menikmati makan malam. Acara berjalan sangat singkat. Jam 11.30 WIB kamipun masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Jogyakarta, 10 November 2019. Deretan koper sudah bersiap untuk dimasukan ke dalam bagasi mobil. Hari ini adalah hari terakhir kunjungan wisata kami di kota Jogyakarta. Hari ini kami akan mengunjungi keraton Jogyakarta untuk melihat acara sekatenan secara langsung, belanja di Marlioboro dan beli oleh-oleh khas Jogyakarta yakni Bakpia Pathok. Jam 07.00 WIB kamipun meninggalkan hotel. Suasana pagi hari di kota Jogyakarta sungguh indah,banyak anak-anak muda dan tua berolah raga bersama dengan menggunakan jalan-jalan tertentu. Barisan sepeda ontel yang dikemudikan oleh sekumpulan orang tua dengan pakaian serdadu perang dan bendera merah puitih terikat di setang sepeda ikut menambah seru pemandangan kota Jogyakarta. “ Hari ini adalah hari Pahlawan ibu-ibu, jadi banyak masyarakat dikota ini yang mengadakan acara khusus, hari ini juga bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW, nanti kita akan melihat acara sekatenan dan pawai besar di keraton Jogyakarta.” Ujar ketua panitia.
Bus yang kami tumpangi sudah memasuki kantung parkir di sekitar jalan Marlioboro. Rombongan ibu-ibu DWP bergegas keluar dari bus dan berjalan menuju Marlioboro. Kami nikmati pemandangan di sekitar taman marlioboro dengan berfoto, menonton pawai dalam rangka hari kesehatan dunia , belanja batik dan menikmati aneka makanan yang ada dipinggir-pinggir taman. Lezatnya es cendol , nikmatnya sate dan pedesnya rasa pecel menambah keseruan kehadiran kami di kota Jogyakarta ini. “Ayo bu, kita lihat acara sekatenan”. Kebingungan melanda rombongan kami, “Pak maaf jalan ke arah keraton kemana ya?” tanya kami kepada salah seorang pedagang es yang sedang mangkal dipinggir jalan. Atas petunjuknya maka sampailah kami di keraton Jogyakarta. Ribuan manusia tumpah ruah dilapangan menuju ke dalam keraton. Akhirnya kami hanya bisa melihat dari kejauhan. Nampak di halaman depan keraton sudah berkumpul para pegawai dan prajurit kerajaan dengan pasukan gajahnya. Di barisan kedua dan ketiga puluhan pasukan berpakaian prajurit kerajaan memikul aneka makanan yang ditata dalam bentuk kerucut besar.
Mereka membawa persembahan tersebut menuju alun-alun kota Jogyakarta dengan diiringi oleh masyarakat yang sengaja hadir dalam acara besar tersebut. Kehadiran mereka adalah untuk bisa ikut menikmati persembahan makanan tersebut. Seru sekali,kalau melihat aksi masyarakat ketika berebutan makanan. Sebuah tradisi yang perlu dilestarikan. Panas matahari semakin panas membakar tubuh kami. Rasa lelah mulai hadir menggeluti pergelangan kaki . “Aduh, aku sudah tidak kuat lagi berjalan.”. Kamipun sepakat untuk menaiki sebuah becak menuju parkiran bus. Semua sudah kumpul kembali di dalam bus, kamipun melanjutkan untuk makan siang dan membeli oleh-oleh khas Jogyakarta. Setelah itu bus membawa kami menuju Bekasi. Pukul 06.00 WIB tibalah kami di tempat kumpul pertama yakni Tambun City. “ Alhamdulillah terima kasih Ya Allah, kami telah tiba dengan sehat dan selamat di Bekasi,” bisikku dalam hati.
Tambun, 11 – 11 – 2019
Salam Literasi
Para serdadu unyu unyu hehe