Catatan Lili Priyani (Penggiat Literasi)
Hari ini Selasa tanggal 10 Desember 2019, kutapakkan jejak di Bumi Siliwangi. Syahdu wangi, Bumi Siliwangi, utara Bandung Raya. Tampak jelas cakrawala hati, kulihat lambaian siapa. Seketika lagu ini lamat-lamat kusimak, entah dari mana asalnya. Barangkali dari dasar hatiku atau memori terdalamku terpanggil, mengingat lagu ini begitu lekat denganku berpuluh tahun lalu. Kini begitu keras, lebih keras sampai diriku tersadar bahwa aku sudah sampai di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. Di sinilah akan digelar Seminar Nasional Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pendidikan Abad ke-21 dalam Berbagai Dimensi Kehidupan.
Sebanyak 120 orang mengikuti seminar ini yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, dosen, peneliti bahasa (dari Balai Bahasa), guru, dan jurnalis.
Tepat pukul 09 .00 WIB seminar dibuka oleh Dr. Isah Cahyani, M.Pd selaku Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI.
Setelah itu, pemaparan oleh pemakalah utama dalam Panel 1. Berturut-turut tampil sebagai narasumber utama adalah Prof. Dr. Dadang S. Anshori, M. Si. (Analisis Wacana), Dr. Andoyo Sastromiharjo, M. Pd.(Tata Bahasa Pedagogis), Dr. Vismaia S. Damayanti, M.Pd. (Pembelajaran Membaca dan Literasi)
Pada kesempatan ini juga hadir Ismail Kusmayadi, S.Pd. (Juara 1 OGN Tingkat Nasional 2019) memberikan motivasi dan pandangan tentang praktik pengajaran Bahasa dan Sastra di sekolah.
Setelah keempat pemakakah menyampaikan materi, dilakukan penyerahan cenderamata dari Ketua Pelaksana ( Isah Cahyani) kepada keempat pemakalah dan juga moderator (Mahmud Fasya, S.Pd. , M.A.)
Setelah istirahat menikmati kudapan, seminar dilanjutkan dengan Panel 2 dengan moderator Dr Rudi Adi Nugroho, M. Pd.
Tampil pada Panel 2 ini adalah Dr. Isah Cahyani, M. Pd..menyampaikan materi Pembelajaran Menulis.
Menurut Isah Cahyani, dengan menulis menjadikan kita dikenal dunia, dan dunia mengenal kita.
Narasumber kedua yaitu Dr. Khaerudin Kurniawan, M. Pd. menyampaikan tentang Pembelajaran Jurnalistik. Di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat 6 SKS mata kuliah Jurnalistik. Falsafah pers yang dianut di Indonesia yang sistem politiknya demokratis berlainan dengan falsafah pers yang dianut oleh negara lain misalnya Myanmar yang militeristik. Pers Indonesia adalah pers yang bebas dan bertanggung jawab. Katakan kebenaran, junjung kode etik kewartawanan, begitulah prinsip jurnalistik.
Dr. Yulianeta, M. Pd. tentang Pengajaran Sastra/Cerita Rakyat.
Usai ketiga panelis menyampaikan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab. Rerata penanya tertarik pada transformasi cerita rakyat. Panel kedua berakhir pada pukul 12.00 WIB.
Salat, menikmati makan siang, dan istirahat sejenak diberikan kesempatan kepada peserta hingga pukul 13.00 WIB. Selanjutnya, seminar paralel. Lili Priyani tampil membentangkan makalah yang bertajuk Penguatan Pendidikan Karakter melalui Aktualisasi Penggunaan Bahasa Indonesia bagi Generasi Milenial.
Empat pemakalah lain turut mempresentasikan makalah yaitu Mariani , Ayeh Suryatna, M.Pd., Intan Sofia Putri, dan Sri Ulina dengan moderator Ida Widia, M. Pd.
Tuntas kelima pemakalah mempresentasikan makalahnya masing-masing, pukul 16.00 WIB seminar berakhir.
Di penghujung hari, rinai hujan basahi Bumi Siliwangi. Kuayun langkah untuk pulang, turuni tangga gedung yang dulu tak sementereng ini. Tempat di mana kami saling berdiskusi bersama dosen dan teman, tempat di mana kami berebutan melihat hasil ujian yang ditempelkan di kaca-kaca ruangan. Kutinggalkan jejak pada taman Partere, yang pernah begitu akrab bagiku memadu kisah dan curah rasa. Tempat di mana kami habiskan hari untuk mengasah seni, berteater Zenith. Susuri Pentagon yang kini berubah wajah dan nama. Tempat di mana kami pernah menuai banyak ilmu dan membedah dimensi kehidupan dari sisi dunia pendidikan.
Aroma Isola begitu lekat membekas hingga relung jiwa, yang harumnya mampu mengantarkanku kembali untuk bersemuka dengan mereka, penghela ilmu.
(Ledeng, 10 Desember 2019)