CUBLUK MEMBUAT AKU TAKUT Oleh Ratih W

Mencoba Cerber “BETAH DI SETU”

CUBLUK MEMBUAT AKU TAKUT
Ratih W

Angin bertiup lembut menyapu wajah-wajah lelah, bau tajam menyengat menerobos hingga bilik kamar yang kami tempati. Sebuah ruang dengan ukuran 4 x 4 dan sebuah dapur terpisah cukuplah untuk kami berdua. Kontrakanku terletak di Desa Ciketing Udik masuk ke dalam wilayah Kecamatan Bantargebang. Waktu itu belum ada pemekaran pemisahan kota dan kabupaten. Letaknya tak jauh dari perusahaan tempat suamiku bekerja.

Aroma bau tajam menyengat berasal gunungan sampah TPA Bantargebang. Letaknya hanya 1 kilometer dari kontrakan kami. Meski terbilang layak huni, namun selama beberapa hari merupakan hari-hari yang agak berat. Rumah mandi yang terpisah serta tempat buang hajat yang sama sekali tak pernah aku lihat sebelumnya. Cubluk, begitulah mereka menyebutnya, rata-rata warga membuat pembuangan tinja dengan cara seperti itu. Sebuah lobang seperti sumur timba yang ditempatkan di sebuah kebun agak jauh dari rumah, dilengkapi dua batang kayu atau bambu diletakan melintang di tengah-tengahnya. Jika hendak mendekat, disambut oleh ratusan mungkin ribuan lalat sebagai penghuninya. Hehe… rasa was-was terpelet kemudian byuuuur bisa saja aku terjatuh pada kubangan tinja. Membayangkan itu, beberapa hari aku lebih suka menahan rasa mulas di perut atau menumpang di PT.

Di kampungku juga ada, beberapa pendududk yang belum mempunyai WC di rumah. Beberapa warga yang memlili kolam-kolam besar membuatkan pacilingan. Pacilingan, sebuah sarana umum yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk buang air besar. Tak jauh dari pacilingan biasanya terdapat sumur yang biasa digunakan oleh warga untuk sarana MCK. Pacilingan, Berupa batang kayu atau bambu diletakan di atas kolam ikan, kemudian sekelilingnya ditutupi dengan gedeg bambu atau bilik agar tidak terlihat orang lain. Kami tak perlu membawa ember untuk membersihkan karena biasanya di setiap pacilingan dilengkapi dengan air pancuran bening yang deras mengalir. Dialirkan dari sawah atau parit di atasnya. Ada juga batok kelapa yang berfungsi sebagai gayung yang diikat seutas tali agar tidak terjatuh. Seperti sebuah pesawat helikopter yang tembus pandang. Saat kami buang hajat bisa sambil menikmati indahnya pemandangan alam, lalu melihat ke bawah ikan-ikan begitu gembira dikirim umpan oleh kami. Mengingat itu hehe… nano-nano rasanya.

Saat itu kami tak punya banyak pilihan, aku pun tak serta merta mendapat pekerjaan baru. Waktu di Tasik aku adalah seorang karyawati sebuah perusahaan sabun ditergen yang letaknya lumayan jauh dari rumahku. Namun sangat dekat dengan UNSIL kampusku. Lepas wisuda aku ingin segera bekerja, sambil menunggu beberapa lamaran yang aku kirim ke sekolah untuk menjadi tenaga honorer namun tak kunjung tiba. Hanya 1 tahun setengah, lalu terpaksa keluar karena menikah dan harus hijrah ke Bekasi mengikuti suami.

“Miih masuk yuuuu, udah malam. Teriak putriku dari dalam rumah membuyarkan semua lamunan yang lama hinggap. Sang dewi di langit mulai temaram, tersaput awan. Kubuka pintu, aroma melati tajam menyengat. Aku tersenyum
(bersambung)

#Tantangan ke-10 KPPBR
#Bani Adam 18 C2: 26.08.2020

4 thoughts on “CUBLUK MEMBUAT AKU TAKUT Oleh Ratih W

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *